Wednesday, 17 July 2013

Tante Wulan dan Kakakku - 2

Tiba-tiba Tante Wulan berdiri dan menyambar piyama tidurnya dan keluar kamar begitu saja. Haaa saya hanya melongo dibuatnya kali ini apa yang akan dibuatnya? Terdengar suara agak gaduh di luar, sepertinya ia sedang mencari sesuatu. Kemudian saya bangun dan mengintip dari balik pintu, rupanya ia mengambil sesuatu dari kulkas dan menyembunyikan di balik badannya, dan melangkah ke arah saya. Ssstt ayo masuk, bisiknya dan ia menunjukkan sesuatu tepat depan wajah saya. Haa, Tante untuk apa ketimun itu, tanyaku heran. Aahhh aku tauu! Dasar! lalu dia memelukku dan menjatuhkan diri bersama-sama ke atas tempat tidur setelah ia membuka kembali piyamanya. Nih, pegang..! teryata ketimun ini sudah diberi baby oil, licin dan basah. Sekedar informasi, ketimun itu adalah ketimun import Cucumber Pickling Berwarna hijau tua berukuran seperti alat vital orang dewasa.

Beberapa saat kita berguling-guling di atas kasur sampai akhirnya ia berada di bawah saya dan membimbing tangan saya untuk memasukkan ke dalam liang senggamanya. Aaauuugghh.. teeruuss yang dalam.. uuhzz.. yeeaaah pompa terus Roy.. ya begitu.. terus.. aahhhggh.. nikmat Roy.. puter.. puter.. yaa sodok.. sodok lagi aauuhh.. niikmaatt.. agak ke atass.. ya begitu.. ocehan Tante Wulan makin menjadi sambil ia mengocok senjata pusakaku. Tante Wulan membalikkan badan saya dan menduduki tugu kenikmatan yang sudah mengeras dan membimbingnya masuk. Srruup.. amblas, tapi hanya setengahnya saja dan Tante Wulan mulai menaikturunkan pantatnya dengan perlahan sambil berpegangan pada lututnya. Uuuhh batangmu hangat sekali.. lebih enak punyamu sesekali ia membenarkan letak rambutnya.

Kraak.. kraakk kraakk suara ranjangku seakan berteriak karena menahan beban tubuhku dan tubuh Tante Wulan. Malam itu menjadi malam yang sangat istimewa dan gaduh, suara rintihan, erangan, kenikmatan berbaur menjadi satu seperti hendak sengaja mempertontonkan adegan yang mencengangkan. Astaga pintu kamarku belum ditutup, tetapi Tante Wulan sedang asyik bermain di atas tubuhku, aku pun tak ketinggalan, menjamah, meremas buah dadanya sehingga membuat Tante Wulan semakin liar saja. Samar-samar ada empat mata yang memandang dari kegelapan, apakah itu cuma khayalanku yang timbul karena rasa takut? Ah masa bodoh, selama mata itu tak menggangu acaraku.

Lalu saya bangun tapi hanya sebatas duduk, Tante Wulan masih berada di atas pangkuanku. Bibir kami saling bertemu dan berpagutan, saling menjilat dan saling memompa, berpelukan. Kemudian saya bangun dan berdiri sambil menggendong Tante Wulan agar batang kejantananku tetap menancap di liang senggamanya, dan kunaikturunkan dengan kedua tanganku. Enaaak.. Roy.. Tante Wulan semakin memelukku dengan erat. Lalu tak kusadari kakiku melangkah keluar sambil tetap pada posisi tadi, sampailah di ruang tengah dan kuletakkan tubuh Tante Wulan di atas meja, tanpa kucabut batang kemaluanku yang bersarang indah di liang sorganya.

Aku mulai memompanya lagi, Aauugghhh lebih cepat Roy ya teruss.. begitu, desah Tante Wulan sambil melingkarkan kedua kakinya di pantatku. Aku mengayun dengan sekuat tenaga, meja bergetar dan pot bunga, gelas berjatuhan akibat getaran kenikmatan yang kukeluarkan. Roy lebih cepatt.. mau keeluarr nih.. Aku pun semakin mempercepat dorongan dan pompaanku, Aaahhh teriakku sambil mengumpulkan tenaga yang tersisa, mulai terasa olehku ada suatu cairan hangat yang memenuhi liang senggama Tante Wulan dan menyelimuti seluruh batanganku, membuat seakan berkumpul kembali tenagaku, bersamaan itu Tante Wulan bangun dan memelukku erat sambil melumat bibirku dan tak lama kemudian aku pun tiba-tiba merasa tergoncang hebat sambil memacu dengan gencarnya, Croot croot.. croott crooot empat kali tembakanku, lalu lunglailah tubuh kami. Nafasku tersengal-sengal, Tante Wulan memandangku dengan penuh rasa bangga dan puas, lalu ia menarik dirinya dari pelukanku sambil memberikan kecupan lembut di bibirku, dan ia melangkah menuju kamar mandi.

Keesokan harinya, pukul 11.00 aku bangun dan aku melihat mata kedua kakakku merah dan bengkak seperti orang habis begadang, karena memang pertempuran semalam selesai ketika matahari mulai nampak. Hatiku bertanya-tanya, Apakah mereka menontonku? tapi dari sikap mereka terlihat biasa saja. Roy kenapa kamu bangunnya siang begini tak seperti biasanya? tanya Risma curiga. Ehhh karena.. kecapean kali.. Aku pun bingung, tetapi aku jadi malu jika menatap wajah tanteku itu, ada perasaan bersalah tapi ia tenang dan mengusap-usap bahuku dan kepalaku dan seperti biasanya kami melakukan aktifitas kami masing-masing, Riska kuliah dan Risma sekolah di sebuah SMA Negeri di Jakarta, dan aku sendiri sekolah tak jauh dari rumah.

Pukul 17.00 aku tiba di rumah, aku menengok ke kanan dan ke kiri, sepi sekali di dalam rumah, pintu tidak dikunci terlihat olehku pintu kamar Riska agak terbuka, dengan berjingkat aku masuk dan mengintip. Ahhh.. baju.. rok dan celana dalam kakakku bertebaran di lantai, lalu mataku mulai menjelajah ke setiap sudut ruangan. Astagaaa, jantungku berdetak keras melihat Riska tanpa busana membelakangiku sambil tangan kanannya berpegangan pada lemari dan tangan kirinya maju mundur seperti sedang memasukkan sesuatu ke dalam kemaluannya, hal ini membuat darah mudaku mendesir. Dia mengerang, meringis. Kepalanya menengadah ke atas langit-langit, lalu ia merebahkan diri ke atas kasur, sambil terus memompa sesuatu di liang kemaluannya.

Perlahan setelah kulepas sepatuku, aku masuk dan menutup pintu, aku tak tahan dan kukeluarkan kejantananku, tetapi sayang ia membalikkan badannya ke arahku, terpaksa aku masuk ke dalam kolong ranjang. Ahhh sial kataku. Aaaa jeritan Riska menyudahi kenikmatannya, entah sudah berapa lama ia melakukan itu (martubasi dengan ketimun), tapi tak terdengar apa-apa, semuanya menjadi sunyi, aku tak berani keluar dari kolong dan setelah 2 jam aku mulai keluar dan memperhatikan sekelilingku. Oh, rupanya ia telah tidur dengan mengenakan selimut.

Perlahan-lahan kutarik selimut itu. Mataku terbelalak melihat pemandangan yang satu ini, tubuh molek kakakku yang dihiasi dengan keringat semakin indah kelihatannya, ia teryata lebih seksi dari Tante Wulan, payudaranya lebih kencang, tubuhnya padat berisi. Uhh, pokoknya diatas segala-galanya jika dibandingkan dengan Tante Wulan. Lalu kutangalkan semua pakaianku dan kukunci pintu.

Perlahan kuhampiri tubuh kakakku yang sedang tertidur, lalu aku menyentuh bulu-bulu tipis yang tumbuh di sekitar kemaluannya dan kusisir dengan lidahku perlahan-lahan, sambil tanganku menggapai-gapai buah dada milik Riska dan kuambil kembali ketimun itu dan kumasukkan perlahan. Ehm, pantatnya agak terangkat sedikit dan kupompa perlahan, masih tertinggal bekas cairan memeknya di ketimun yang ia gunakan tadi. Aromanya lebih tajam dari milik Tante Wulan. Riska tampak menggeliat-geliat sambil bergumam, Ohhh.. oohhh tangannya tak bisa diam menjambaki rambutnya dam meremas-remas payudaranya, kupercepat pompaanku tapi aku tidak tega dan kutarik kembali ketimun itu dan kugantikan dengan punyaku sendiri.

Ssleeephh Ooohhh Riska merintih panjang dan astaga membuka matanya dan kaget melihatku yang ada di atas tubuhnya dan mendorongku, tapi tanganku lebih kuat. Rooy jangannn tolong Roy jangan, katanya, tapi kusumpal dengan mulutku. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, menghindari ciumanku dan kutahan kepalanya, kupaksa ia untuk menerima ciumanku. Aaaihh teryata bibir Riska lebih manis dari Tante Wulan. Aku semakin bernafsu saja. Ia terus berontak, berontak. Semakin ia berontak, aku semakin kencang mengayun batanganku. Auuu.. uughh.. Riska menggigit bibirnya, tak kusadari bahwa setiap hentakanku turut dibantunya dengan menggoyangkan pantatnya, membuat semakin nikmat walau punya kakakku lebih sempit dari milik Tante Wulan, ini tak menjadi penghalang bagiku, kali ini sepertinya ia sudah kehabisan tenaga dan pasrah.

Roy jangan kau tumpahkan manimu di dalam ya, katanya memelas, aku hanya menganggukkan kepala saja dan kuciumi bibirnya, ia tidak menolak bahkan lidahnya masuk ke dalam mulutku dan ikut menikmatinya, karena takut ketahuan yang lain aku memacunya lebih cepat dan kulihat senyuman dari bibir kakakku. Ia melingkarkan kakinya di pantatku agar tak terlalu kencang getaran yang ditimbulkannya. Aaaa kita berteriak bersamaaan, dan tiba-tiba ia memelukku dan menciumi bibirku sambil menekan pantatnya hingga terasa olehku menyentuh dinding kemaluannya bahkan klitorisnya, dan Crooott crrooot.. untung saja aku cepat mengeluarkan dan tertumpah mengenai wajah Riska, dan saat itu juga ia meraih dan mengulum batanganku dan menyedot habis mani yang tersisa di sekitar topi kepala bajaku. Terlihat juga ada lava putih mengalir dari dalam liang senggamanya yang disertai aroma yang merangsang. Sebetulnya aku masih ingin bercinta dengannya tapi sudah agak petang dan karena itu aku tadi mempercepat genjotanku, dan aku mengambil bajuku dan keluar menuju kamar mandi, beruntung ketika aku mandi, Tante Wulan dan Risma pulang sehingga mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.

Saya mengharapkan bagi teman-teman pembaca untuk memberikan kritik, saran dan pendapatnya mengenai tulisan saya ini.

TAMAT

Tante Wulan dan Kakakku - 1

Saya jadi teringat kembali pengalaman seks saya waktu SMP nah karena itu saya mencoba menceritakan pengalaman seks saya dengan kata-kata yang agak terbatas, tetapi sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Roy (nama samaran) berumur 25 tahun saat ini, bekerja di sebuah Hotel di Jakarta, sejak kecil kehidupan saya tidak lurus-lurus amat, waktu SD pernah nonton Film Biru bersama teman-teman, tetapi sampai SMA saya belum pernah pacaran dikarenakan saya adalah seorang yang tidak Supel dalam bergaul, akibat dari nonton film tersebut saya mulai berubah tanpa saya sadari dan orang lain tidak tahu bahwa saya sering ngelonjor (ngelamun jorok) tidak peduli di kelas, di bis dan di mana saja, malah kerapkali saya melakukan pelecehan seksual di dalam bis, dengan menempelkan alat vital saya ke pantat seorang gadis tetapi jika dalam keadaan yang berdesak-desakan saja.

Sebaiknya saya langsung mulai cerita, waktu SMP kelas 3, kami kedatangan tamu dari Jogya yaitu Tante Wulan. Pada saat itu dia berumur 26 Tahun dan baru 1 tahun menikah tetapi malangnya dia ditinggalkan oleh suami yang tidak bertanggung jawab, dikarenakan alasan mertua (nenek saya, red). Saya memang akrab dengannya (Tante Wulan) karena orangnya ramah, lembut dan cantik. Dan diantara banyak keponakannya, sayalah yang paling dianakemaskan olehnya. Dia sering berkata, Kamu itu orangnya baik, nggak suka nakal-nakal seperti anak-anak yang lain yang suka berkelahi, mencuri dan lain-lain.. Nah, pada saat kedatangannya kebetulan kedua orang tua saya sedang berlibur di Bali, tinggal saya dan kedua kakak wanita saya serta ditemani seorang pembantu.

Ehhh Tanteee! teriak kakak saya yang pertama bernama Riska, saya dan Risma berlomba menuruni tangga dari lantai 2 (tempat menjemur pakaian). Risma adalah kakak kedua saya, singkatnya kami menyambut kedatangannya dengan hangat tapi sayang kamar dikeluarga kami hanya ada 3. Tante Wulan pakai saja kamar saya, biar saya tidur di ruang tengah, kata saya sambil membawa kopernya ke dalam kamar. Kamar saya yang tak terlalu besar, hanya ada tempat tidur yang tidak terlalu besar, meja belajar dan lemari kecil.

Pada tengah malam Sssttt Bayu pindah saja ke dalam, sambil menunjuk kamarnya.Ahhh nggak usah Tante, Tante khan balasku tertahan.Eh di sini kan banyak nyamuk, selanya, dengan langkah gontai saya masuk ke kamar. Ketika saya merebahkan diri, teryata dia ikut masuk dan menutup pintu, saya pikir dia menggantikan saya tidur di ruang tengah, ini membuat saya malah menjadi canggung dan tidak bisa tidur, pikiran pun melayang kemana-mana, sebentar-sebentar saya memandang ke sebelah.Haa cepet banget Tante Wulan tidurnya ya ampuuun, kenapa otak gua jadi ngeres gini. Saya teringat kembali semua yang telah saya tonton (Film Biru) lalu saya duduk dan memandangi pahanya yang tersingkap sampai daerah sekitar perut.

Wowww! seksi banget kata saya dalam hati. Tante Wulan memang seorang yang sangat cantik, tinggi badannya 166 cm dengan tubuh yang proporsional kulit kuning langsat, rambut hitam pekat, panjang sebahu mirip seorang model, leher jenjangnya yang putih bersih, hidung mancung dengan bentuk yang manis sesuai dengan ukuran wajahnya, bibir yang sensual dengan warna merah natural, membuat setiap orang yang melihatnya ingin mengecupnya. Pokoknya ia adalah wanita seperti idaman saya, kadang saya berfikir, Coba kalau ia bukan tante saya.

Tanpa disadari tangan saya mulai meraba betis. Iiihh lembut banget (sambil dikecup sedikit), kata saya dalam hati, baru kali ini saya memegang betis seorang wanita, dan tangan saya menjalar ke pahanya yang membuat darah muda saya mendidih, perasaan yang tidak karuan, takut dan nafsu birahi yang tak dapat dibendung. Ya ampun, kenapa saya bisa sekurang ajar ini, saya berhenti sejenak untuk memperhatikannya apakah ia benar-benar tertidur? Untuk mengetahuinya saya tarik bantal yang berada di kepalanya secara mendadak, benar saja ia tertidur pulas.

Kemudian saya melanjutkan aksi dengan membuka tali piyamanya, pemandangan luar biasa yang belum pernah saya lihat sebelumnya, lalu saya merebahkan diri di sampingnya sambil saya dekatkan mulut saya ke mulutnya, terasa hembusan nafasnya yang hangat membuat saya makin terangsang untuk mencium bibir indahnya dan saya beranikan diri untuk melumat bibirnya.

Eemmmuuaahh tiba-tiba mengalirlah perasaan aneh dalam tubuh saya, membuat saya lupa akan semuanya dan saya tak dapat menahan lebih lama lagi, saya hisap bibirnya, saya cium hidungnya yang indah, pipinya dan kembali lagi ke bibir manis itu, saya berlama lama di sini sebentar, saya mencoba memasukkan lidah saya ke mulutnya. Eeehhmm gumamnya, Masa bodo ketahuan apa nggak! kata saya dalam hati, lalu dengan tangan kanan, saya meraba payudara yang kenyal itu sambil sesekali meremas-remasnya mesra (tanpa membuka BH-nya).

Begini saja tidak bakalan puas, pikir saya. Dengan gemetar lalu saya memiringkan tubuh indah itu. Uuuhh susah banget, tetapi akhirnya berhasil juga dan saya buka kancing BH-nya. Haaa luar biasa indahnya, kataku kagum dan kurangkul tubuh indah itu sambil saya menindihnya dari samping karena ia dalam posisi miring, kaki kananku kusilangkan diantara pahanya, menciumi seluruh wajahnya sambil meremas-remas buah dadanya, tapi tiba-tiba dia mendorongku, aku kaget bukan main sepertinya jantung ini berhenti berdetak. Saya berhenti sebentar sambil mengatur nafas dan memperhatikannya. Beruntung, ternyata dia masih dalam keadaan tidur dan tetapi posisinya kali ini sangat memudahkan bagiku untuk mengadakan operasi selanjutnya, yaitu telentang.

Perlahan saya mendaratkan wajah saya diantara gunung kembar itu, dan saya mulai menjilatinya dengan lembut, dengan gemetar saya meremas-remas, sesekali mengisap-isap puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerahan itu sambil memainkan ujung lidah saya, nikmat sekali benda kenyal ini yang perlahan-lahan mulai mengeras dengan diiringi suara rintihan. Aahhh uuuggh.. terlihat sekilas olehku, ia mulai tidak tenang, kepalanya bergoyang ke kanan dan ke kiri, tangannya yang meremas-remas sprei, sepertinya ia juga merasakan nikmatnya, tapi dasar orang yang sudah dikendalikan nafsu birahi, hal itu tidak menyusahkannya, malah menimbulkan sensasi tersendiri, semakin gencar saya melakukannya, bahkan kini tanganku berani menyelinap ke dalam celana dalamnya.

Wahhh bulunya lebat amat, kataku dalam hati, lalu saya mulai mengusap-usap bulu tersebut sambil menciumi seluruh buah dadanya disertai gigitan kecil di puting susunya yang membuatnya bergetar dan terasa olehku bahwa setiap kali aku membelai bulu di selangkangannya, pantatnya agak terangkat sepertinya berbicara, Masukkan jarimu, dan setelah kulepaskan CD-nya, kuberanikan diri untuk menyelipkan jari tengahku ke dalam goa kenikmatannya. Kontan saja dia menggumam, Uuuggh.. ssszzttt ahhh ahhh.. aaauuhhh tak henti-hentinya ia merintih sambil meremas-remas rambutnya. Dalam hati saya berfikir apa ia benar-benar tidur?

Tiba-tiba pantatnya agak terangkat sampai seluruh jari saya masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil ia meregangkan kedua pahanya lebar-lebar membuat saya ingin melihat lubang kemaluannya secara dekat. Lalu saya merubah posisi, saya seperti orang yang sedang bersujud, kubenamkan hidungku di liang senggamanya sambil kugesek-gesekkan dengan hidungku, Uuhh.. baunya membuat sensasi seksku meningkat, Sssrruuupps.. (seperti menjilat ice cream) Sambil memegang kedua pahanya, aku menjilat-jilat bagian dalam liang kenikmatan tanteku itu, jujur saja rasanya aneh asin, sedikit gurih dan pokoknya nikmat, tak bisa kulukiskan dengan kata-kata.

Tiba-tiba saya dikagetkan oleh kedua tangan, yang tiba-tiba saja memegang kepala saya. Ehhhmm siapa kamu? sambil mengangkat kepala saya, Mati gue! dalam hati saya berkata dengan perlahan saya mengangkat kepala saya dari liang sorganya, saya hanya terdiam.Roy apa yang telah kamu lakukan.. kenapa kamu, berani..? kata Tante Wulan.Dengan gemetar saya berkata, Maaf kan saya Tante.Maaf lagi, enak aja nanti Tante bilangin Ibu baru tau rasa! ancamnya.

Saya hanya pasrah, saya sudah kehilangan seribu bahasa, saya hanya diam dan diam ketika saya hendak melangkah keluar kamar, ia melompat dan mengunci pintu membuat saya kaget bukan main, kupikir ia mau menghajarku, Tidur sana! perintahnya sambil membiarkan tubuhnya terlihat olehku yang hanya mengenakan baju tidur yang telah kubuka talinya dan saya membaringkan badanku membelakanginya dan ia mematikan lampu kamar. Saya telah berusaha untuk memejamkan mata tapi tidak dapat. Gimana nih, gua bisa diusir dari rumah, dalam hati saya berbicara.

Satu jam setelah itu, saya dikagetkan oleh tangan yang memegang alat vital saya, kontan saja ini membuatnya bangun (dongkrak antikku). Awalnya hanya meraba-raba saja dan akhirnya sampai masuk ke dalam celana dalam dan kurasakan tubuh hangat itu memelukku sambil berkata, Tante tau Kamu belum tidur, tapi saya terus pura-pura tidur, dan ia menelentangkan tubuh saya, sedikit saya mengintip rupanya ia melepaskan piyamanya dan benar-benar telanjang bulat. Sebenarnya saya ingin melongo tapi takut ketahuan.

Astagaaa teryata ia tadi itu cuma pura-pura, saya menahan nafas ketika ia menelungkupkan tubuhnya di atasku sambil berkata, Ini rahasia kita. Lalu menghujani bibirku dengan ciuman rakusnya, Emmuuahh eemmuuuaahh.. sambil tangannya memegang kepalaku dan memutar-mutar kepalanya. Jangan salahkan saya, jika sekarang perjakamu kuambil, katanya lagi sambil mencium bibirku dengan nafsunya dan menggoyangkan pantatnya, lalu saya tak tahan lagi, saya bangun tapi hanya sebatas duduk dan membiarkan ia berada di atas pangkuanku sambil saling melilitkan lidah, tanteku membuka t-shirt yang kukenakan dan, Ahhh, sialan ia menggigit lidahku, kataku. Maaf.. katanya singkat dan meneruskan aksinya, dan ia menggiring tanganku untuk memegang payudaranya karena aku masih agak malu, Roy silakan lakukan apa saja yang kamu suka, katanya Ya Tante, jawab saya. Sssttt jangan pangil Tante ketika bercinta, katanya lagi.

Kami benar-benar larut dalam gejolak nafsu birahi, saling berlomba untuk merebut hadiah kenikmatan, sekarang sudah benar-benar bebas, mulut saya menjelajah ke seluruh wajah sampai leher, belakang telinganya kujilat dan kuciumi dan kembali ke bagian leher sampingnya membuat kepalanya menengadah ke atas. Aaahhh uuuhh teruuuss Roy, katanya, Uuugghhh belajar dari mana kamu?, lanjutnya dengan nafas yang terengah-engah. Sudahlah jangan tanya-tanya, kata saya dengan suara bergetar, tangan kita masing-masing saling menjalar ke bagian tubuh yang paling sensitif.

Kemudian Tante Wulan mendorong tubuh saya dan menarik celana pendek serta CD yang saya kenakan. Tooeewww tugu kenikmatan berdiri dengan tegak seraya menyombongkan dirinya. Tahan sedikit ya, katanya sambil ia meraih batang kemaluan saya dengan cepat dan mengulumnya. Gila, masuk semua ke dalam mulutnya, bahkan topi baja saya sampai menyentuh tenggorokannya. Tante Wulan dengan rakusnya melahap seperti hendak menelan habis, ia bukan seperti tante saya yang saya kenal, di sini ia tampak liar, seperti orang kesurupan Aaauuuww teriak saya waktu ia menghisap dengan seluruh kekuatannya, sepertinya tenaga saya turut dihisapnya sambil ia menempelkan gigi-giginya di topi baja saya. Besar sekali punyamu dan panjang, bisiknya lirih. Sekedar informasi saja, alat vital saya berdiameter 16 cm, den panjangnya 12 cm (jika sedang tegang) menurut saya itu biasa saja, bagaimana menurut pambaca?

Bersambung . . . . .

Reny dan Reny

Cerita ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Semuanya bermula ketika penerimaan mahasiswa baru di kampusku. O iya, aku adalah salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di kotaku. Saat itu, maklumlah namanya juga senior, maka semua mahasiswa baru baik itu mahasiswa baru cowok maupun cewek tunduk atas semua perintahku.

Pada hari kedua orientasi pengenalan kampus, aku berkenalan dengan seorang mahasiswa baru yang bernama Reny dan berasal dari luar pulau. Anaknya imut-imut, manis dan lucu, membuatku sangat tertarik kepadanya. Berbagai cara pun kucoba untuk melakukan pendekatan, sehingga berhasil menjadikannya pacar.

Singkat cerita, setelah dua bulan pacaran aku mengajak dia jalan-jalan ke rumahku yang kebetulan lagi kosong. Setelah sampai di rumah, kami bercerita sebentar, mulai dari hal-hal yang berbau kampus hingga menyentuh masalah seks. Ternyata ia melayaniku dengan semangat, sampai pikiranku pun melayang ke hal-hal yang tidak-tidak. Aku berusaha memancingnya terus dengan menambah bumbu-bumbu cerita, dan dia pun terangsang. Perlahan-lahan kudekatkan tubuhku padanya dengan hati-hati, takut siapa tahu dia menolak. Diluar dugaan, dia tidak menghindar, maka kucoba lebih jauh lagi dengan cara menciumnya. Ternyata dia membalas kecupanku dengan penuh nafsu. Aku menjadi lebih berani lagi.

Aku berusaha untuk membuka baju dan celana panjang yang ia pakai. Ohhh betapa indahnya bentuk tubuhnya ketika kulihat hanya menggunakan penutup buah dada dan celana dalam putihnya. Aku pun tidak tahan lagi, sambil mengulum bibirnya yang basah, aku pun membuka seluruh pakaianku. Dia terkejut dan takjub ketika melihat batang kemaluanku yang besar telah tegang.Dia membuka penutup dada dan celana dalamnya dan memegang batang kemaluanku sambil berkata, Kak, besar sekali punyamu, aku kok ingin mencobanya..!Sambil menahan nafsu, aku membaringkan Reny ke lantai.

Awalnya kami hanya bergelut dengan saling berpelukan saja, tetapi keinginan untuk melakukan yang lebih dari itu pun tidak dapat kami bendung lagi. Hingga pikiran sehat dan rasa ingin memeperlakukan Reny selayaknya wanita yang baik pun sirna saat itu. Kami saat itu sudah dilingkupi oleh keinginan birahi yang sangat tinggi.Ren.., aku ingin mencium milikmu, boleh kan? tanyaku merayunya.Oh.., Kak.. Lakukan saja, aku sudah tidak tahan lagi..! jawabnya sambil tangannya mencoba memegang batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak itu.

Kami saling melakukan oral seks dengan posisi 69. Kegiatan kami yang satu itu berlangsung hingga 10 menit, dan kami pun terhenti bersamaan karena rupanya sama-sama menginginkan hal yang lebih lagi.

Setelah itu aku mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang keperawanannya secara perlahan-lahan. Dia meringis menahan sakit yang teramat sangat, tapi tidak berusaha untuk menolakku. Aku pun bertambah semangat untuk mengocok liang keperawanannya dengan cepat sambil menggoyangkan pinggulku.

Setelah 15 menit kami bermain cinta, aku mengajaknya terbang ke alam nikmat.Aku mendengarnya mendesis, Ssshh ahhhh Kak.., nikmat sekali.., teruuusss.. Kaak sepertinya ada yang mau keluaaarrAku berpikir bahwa dia sudah mencapai orgasme yang pertama, terus saja aku mengocoknya dan tiba-tiba, Kakk aku keluar..! dan memuncratlah cairan kental berwarna putih kemerah-merahan, tanda bahwa keperawanannya telah kutembus.

Sampai empat kali dia mengalami orgasme. Dia kulihat mengalami lemas lunglai, sedangkan aku sendiri belum. Lama-kelamaan daya tahanku mulai berkurang juga. Sambil menahan rintihan kenikamatan, aku merasa spermaku sudah saatnya dikeluarkan. Aku pun mengeluarkan batang kemaluanku dari dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.Aaahhh Reny kamu betul-betul hebat sayang..! dan cairan putih kental dari dalam batang kemaluanku tertumpah di wajahnya.Dia kemudian menjilati batang kemaluanku yang besar itu sambil tersenyum puas.

Setelah bersih dari cairan sperma dan cairan kewanitaannya, aku pun mengecup bibirnya dengan hangat. Kami kembali melakukan percintaan sambil berpelukan di bawah lantai. Tidak terasa kami pun tertidur pulas.

Setelah terbangun, aku melihat Reny masih tertidur pulas di lantai. Aku duduk sebentar di sofa. Tiba-tiba aku teringat pengalaman masa lalu saat aku berumur 15 tahun. Aku mempunyai seorang tante yang bernama persis dengan nama pacarku ini. Ya, nama tanteku juga Reny. Waktu itu aku dan tante tinggal serumah, karena ayah dan ibuku lagi keluar kota untuk mengurus pernikahanpamanku.

Karena takut tidur sendiri, maka tanteku minta tolong agar aku menemaninya di kamarnya, kebetulan di kamar tanteku ada dua buah tempat tidur yang letaknya bersampingan. Malam itu entah karena kelelahan, aku dan tanteku lupa memasang anti nyamuk elektrik, dan bisa ditebak seluruh badanku diserbu nyamuk yang memang tidak tahu diri.

Tengah malam aku terbangun karena tidak tahan akan serangan nyamuk yang tidak tahu diri itu. Aku berbalik ke arah tanteku dan melihat dia tertidur pulas sekali. Karena kamar itu hanya diterangi lampu pijar 10 watt, maka samar-samar aku dapat melihat tubuh molek tanteku yang terbaring merangsang. O ya, walaupun sudah berumur 26 tahun, tanteku mempunyai wajah yang masih sangat muda dan cantik. Entah karena nafsu, aku memberanikan diri menghampiri tanteku. Kulihat daster yang dipakainya tersibak di bagian selangkangannya.

Aku mencoba mengintip dan melihat gundukan kecil dari balik celana dalamnya. Ah, betapa aku ingin melihat yang ada di balik celana dalam itu.Tiba-tiba tanteku terbangun, Hei.., apa yang kamu lakukan..?Karena terkejut, aku pun menjawab asal-asalan, Tadi aku melihat tikus tanteTante Reny menjerit sambil memelukku, Ahhh.., dimana tikusnya..?Sambil terbata-bata karena gugup, aku menjawab bahwa tikusnya sudah lari. Aku pun kembali ke tempat tidur dan akhirnya tertidur pulas hingga pagi hari.

Keesokan harinya, saat sarapan aku lihat tanteku tersenyum-senyum sendiri, tapi aku takut untukmenanyakannya. Aku merasa, kalau tanteku itu sepertinya mengetahui kelakuanku tadi malam, tapi karena memang aku masih merasa tidak enak dengan tanteku, maka aku pun diam saja.

Malam harinya aku sengaja tidak tidur agar bisa mengambil kesempatan seperti malam sebelumnya. Dan saat itu pun tiba. Tepat tengah malam, saat kulihat tanteku tertidur pulas, aku mengendap ke tempat tidurnya dan mencoba mengintip. Astaga, yang kulihat bukan lagi celana dalam putih yang biasa dipakainya, melainkan gundukan kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Sambil membayangkan yang tidak-tidak, aku tidak menyadari bahwa celanaku sudah melorot turun. Ya, tanteku ternyata tidak tidur.Masih belum tidur, De..? tanyanya.Aku pun sadar karena tenyata tante Reny memegang batang kemaluanku dan berkata, Wah.., sudah besar yaaa..?Ihh.., geli tante..! jawabku mencoba menghindari pegangan tangannya di kemaluanku.

Tidak hanya itu saja, karena kemudian tanteku bagun dari tempat tidurnya dan langsung mengulum kemaluanku yang sudah jelas berdiri dengan tegaknya. Dia mengulum, hingga aku meringis menahan rasa nikmat dan sedikit kesakitan, karena memang tanteku terlalu bernafsu mengulum kemaluaku, hingga sempat giginya menyentuh batang rudalku. Tante Reny kemudian membuka seluruh pakaiannya dan menyuruhku untuk naik ke atas. Dia membimbingku untuk menindihnya.

De.., ayo naik..! Tante tahu kok kamu juga ingin kan..? katanya manis mencoba membujukku.Aku pun naik dan tanteku membimbing batang kemaluanku yang saat itu masih belum terlalu besar masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.Ayo.. De.., kamu pasti bisa. Jangan diam begitu dong..! Gerakkan maju mundur. Ayooo, yahhh begitu.., ahhhhh enak De..! katanya kesetanan.Benar-benar aku mencoba mengerahkan segala kekuatan dan keahlian yang kudapat dari beberapa kali menonton film porno untuk menerapkannya pada perbuatan kami itu.

Terus De.., terus.., tante merasa enak..! katanya memuji goyangan tubuhku dan rudalku yang mencoba memuaskan gairah kenikmatan tanteku.Aku pun merasa keenakan dan akhirnya, Cruttt cruttt.. cruttt..! air maniku pun keluar.Wah.., belum apa-apa sudah keluar. Tapi tidak apa-apa.., wajar kok bagi pemula..O ya.. tante.., normalnya berapa lama baru air mani keluar..? tanyaku tanpa malu-malu lagi.Satu jam katanya sambil tersenyum simpul.

Kami terus saja melakukan hal itu dalam berbagai macam gaya. Aku tentu saja menikmatinya, karena itu merupakan pengalaman seks pertamaku.

Setelah malam itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks sampai daya tahanku betul-betul teruji. Kami melakukan diantaranya di kamar mandi, sofa dan tentu saja kamar tanteku. Memang saat-saat bersama tanteku dulu, merupakan kenangan yang indah untuk kehidupan seksku.

Aku terus saja melamun sampai kudengar suara Reny menegurku, Kak.., antarkan aku pulang..! katanya sambil merangkul diriku.Eh, Reny.., kamu sudah bangun..? tanyaku terbata-bata karena kaget.Kak.., lain kali kita bikin lagi yaaa..? pintanya manja.Iyalah.., nanti. Enakkan..? tanyaku lagi.Iya.. Kakak hebat mainnya, Reny sampai ketagihan..! katanya sambil merangkul tubuhku dengan erat dan kemudian mencium pipi kananku.Iya dong.., siapa dulu..! balasku juga sambil mencim keningnya.Hanya sebentar setelah percumbuan kami yang indah itu, kami berpakaian kembali dan membersihkan ruangan itu yang sempat agak berantakan. Kemudian aku pun mengantar Reny pulang dan tersenyum puas.

TAMAT

Pijat dan ngeseks dengan pembantu - 3

"Mau"kan kamu mijit Bapak lagi ? Pegal2 nih kan udah seminggu"?
"Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang ?
"Sekarang"?
"Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu"?

Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Tini membukanya.
"Maaf Pak, tadi baru mandi " Kata Tini tergopoh-gopoh. Ah, penisku mulai bergerak naik. Tini mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan
jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buru-buru.
"Engga apa-apa. Bisa mulai ?

"Bisa pak" saya ganti baju dulu"? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Tini masuk. Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya. Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut.
"Siap Tin"?
"Ya pak"?
Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Tini mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Tini melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Selama telungkup ini, penisku berganti-ganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basa-basi dan ’serius"?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.
"Depannya Pak"?

Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Tini melirik penisku, lagi2 hanya sekilas, sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Tini lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur.
"Kenapa Tin ? Aku mulai iseng bertanya.

"Ah" engga "katanya sedikit gugup."?Cepet bangunnya
"hi ..hi..hi.."? katanya sambil ketawa polos.
"Iya dong". Kan masih sip kata kamu"?

Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ? Jangan berharap dulu, mengingat"kesetiaan"?nya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan. Jadi aku tak sempat"mendaki"?, cuman" pengin menyetubuhinya !
"Udah. Benar2 masih sip, Pak"?

"Mau coba sipnya ? kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah.
"Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu"?
"Engga apa-apa" asal engga ada yang tahu aja ”?

Tini diam saja. Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya.

Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu. Aduuuhhh". Aku mampu bertahan engga nih". Apakah aku akan melanggar janjiku ?

Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusap-usap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Tini menghindar dengan sopan. Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkali-kali. Lama2 Tini membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremas-remas pantat itu, Tini tak ber-reaksi, masih asyik mengurut. Tini masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengelus-elus pahanya. Tapi itu tak lama, Tini mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ?

Tanganku mulai diurut. Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat. Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu.
"Paak " Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku.

Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah
karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya.

Yang penting : Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BH-nya, Ah" putting dadanya sudah mengeras ! Tini menarik telapak tanganku dari dadanya.
"Bapak kok nakal sih " Katanya, dan ”.. tiba-tiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku. Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih.

Kuturunkan tali Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku."Aaahhffffhhhhh". Paaaaak"? rintihnya. Tak ada penolakan. Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BH-nya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Tini ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya. Tini tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku.

Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CD-nya
"Jangan Pak".” Kata Tini terengah sambil mencegah melorotnya CD. Wah" engga bisa dong" aku udah sampai pada point no-return, harus berlanjut sampai hubungan kelamin.
"Engga apa-apa Tin ya". Bapak pengin". Badan kamu bagus bener ”? Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang. Aku melanjutkan menarik CD-nya hingga lepas sama sekali. Tini tak mencegah lagi. Benar, Tini punya bulu
kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi. Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya.

"Auww". Pelan2 Pak". Sakit".!"?
"Bapak pelan2 nih ”? Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya.
"Bapak sabar ya". Saya udah lamaa sekali engga gini ”?
"Ah masa ”?
"Benar Pak"?

"Iya deh" sekarang bapak masukin lagi ya". Pelan deh.."?
"Benar Bapak engga bilang ke Ibu"kan ?
"engga dong" gila apa"?
Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugeser-geser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya. Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan.
"Aaghhhhfff"? serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi

"Sakit lagi Tin " Tini hanya menggelengkan kepalanya.
"Terusin Pak"perlahan"? sekarang dia yang minta. Aku menekan lagi. AH" bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosok-gosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masing-masing. Tini memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Tini, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Tini yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan. Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Tini sudah tak karuan. Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya. Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Tini menggerak-gerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuat-kuat sambil menjerit, benar2 menjerit ! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana. Ohh" nikmatnya".. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas". Tini telah mencapai orgasme ! Sementara aku sedang mendaki.
"Paaak" ooohhhh".."?
"Kenapa Tin ”?
"Ooohh sedapnya ”?

Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur. Tini menangis !
"Kenapa Tin ”?
Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja.
’saya berdosa ama Ibu"? katanya kemudian
"Engga apa-apa Tin".. Kan Bapak yang mau"?

"Iya .. Bapak yang mulai sih. Kenapa Pak ? Jadinya saya engga bisa menahan "
Aku diam saja.
"Saya khawatir Pak "
"Sama Ibu ? Bapak engga akan bilang ke siapapun"?
"Juga khawatir kalo" kalo ”?
"Kalo apa Tin ?

"Kalo saya ketagihan "
"Oh" jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi. Tinggal bilang aja"?
"Ya itu masalahnya"?
"Kenapa ?
"Kalo sering2 kan lama2 ketahuan .."?

"Yaah" harus hati2 dong"? kataku sambil mulai lagi menggoyang. Kan aku belum sampai.
"Ehhmmmmmm" reaksinya. Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Tini juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat. Aku merasakan hampir sampai di puncak.
"Tin "

"Ya" Pak "
"Bapak". hampir". sampai ”?
"Teruus" Pak"?
"Kalo".. keluar ”.gimana ?
"Keluarin"..aja ” Pak"… Engga". apa-apa"?
"Engga".. usah ” dicabut"?
"Jangan".. pak ”. aman".. kok"?

Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mencaki puncak. Kubenamkan penisku dalam2
Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas.

Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa. Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Tini memang"gurih"?, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko. Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah ?
"Tin "
"Ya .. Pak"?
"Makasih ya" benar2 nikmat"?
"Sama-sama Pak. Saya juga merasakan nikmat"?
"Masa .."?

"Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak"?
"Ah kamu ”?
"Baner Pak. Sama suami engga seenak ini"?
"Oh ya ”?

"Percaya engga Pak". Baru kali ini saya merasa kaya melayang-layang ”?
"Emang sama suami engga melayang, gitu"?
"Engga Pak. Seperti yang saya bilang" punya Bapak bagus banget"?
"Katamu tadi". Udah berapa lama kamu engga begini .."?
"Sejak".ehm".. udah 4 bulan Pak"?

"Lho". Katanya kamu udah cerai 5 bulan"?
"Benar ”?
"Trus ?
"Waktu itu saya kepepet Pak"?
"Sama siapa"?

"Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu. Engga tahan diganggu terus"?
"Cerita dong semuanya"?

"Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00. Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu"?
"Trus ?

"Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau"?
"Pernah sama tamu yang lain ?

"Engga pernah Pak. Habis itu trus saya langsung berhenti"?
"Kapan kamu terakhir"main" ?

"Ya itu" sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah"?main"?, sampai barusan tadi sama Bapak ”. Enak banget barusan ” kali karena udah lama engga ngrasain ya"Pak" atau emang punya Bapak siip banget"hi..hi.."?

Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia
mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yang"legit"?, lengket-lengket sempit, dan seret."Kamu engga takut hamil sama tamu itu ?
"Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB).

Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang. Bapak takut saya hamil ya"?
Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil".
"Jam berapa Pak ?

"Jam 4 lewat 5"?
"Pijitnya udah ya Pak". Saya mau ke belakang dulu"?

"Udah disitu aja"? kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku. Dengan tenangnya Tini beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Tini muncul lagi. Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya.
Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BH-nya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang. Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Tini memungut CD-nya, tangannya kupegang, kuremas.
"Bapak pengin lagi, Tin"?

"Ah" nanti Ibu keburu dateng , Pak"?
"Masih ada waktu kok"?
"Ah Bapak nih" gede juga nafsunya"? katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi. Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Tini, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku"..

Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan. Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Tini sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Tini selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku. Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulai"berani"? memanggilku untuk menyetubuhinya. Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi. Terbukti, ketika aku langsung pulang, Tini menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku ! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu ”.

Tamat

Pijat dan ngeseks dengan pembantu - 2

"Ya" biar sip, gitu. Ah Bapak ini kaya engga tahu aja. Sekarang depannya mau Pak ?"
Mau sih mau, cuman" malu dong ketahuan lagi tegang begini. Ketahuan sama pembantu lagi. Apa boleh buat. Dengan acuhnya aku membalikkan badan. Jelas banget yang tegang itu di balik sarungku. Punyaku memang besarnya sedang2 saja, tapi panjang. Kulihat Tini melirik sekilas kepada punyaku itu, lalu mulai mengurut kakiku. Ekspresinya tak berubah. Biasa saja. Dia memang udah biasa melihat"perangkat’ lelaki.
"Cerita lagi pengalaman kamu" kataku sambil menahan geli. Tangan Tini sudah sampai di pahaku. Kedua belah telapak tangannya membentuk lingkaran yang pas di pahaku, lalu digerakkan mulai dari atas lutut sampai
ke pangkal pahaku berulang-ulang. Terasa jelas beberapa kali jari2nya menyentuh pelirku yang membuat penisku makin kencang tegangnya. Apalagi gerakan mengurut pahaku itu membuatnya harus membungkuk sehingga aku bisa makin jelas melihat belahan dadanya dan sebagian buah putihnya itu. Bahkan sampai guratan2 tipis kehijauan pembuluh darah pada buah dadanya nampak. Aku harus berusaha keras menahan diri agar tak hilang kendali lalu menggumuli wanita muda di depanku ini, menelanjanginya dan memasukkan penisku yang sudah tegang ke lubang vaginanya. Walaupun udah high begini, aku tak akan memberikan air maniku kedalam vagina pembantuku sendiri. Semacam pantanganlah. Lebih baik sama isteri atau cari di luaran. Ada kawan kantor yang bersedia menerima penisku memasuki tubuhnya, kapan saja aku butuh. Termasuk sedang mens, tentunya dengan teknik oral kalo bulannya lagi datang.
"Banyak susahnya dibanding senengnya, Pak"
"Ah masa"

"Iya. Makanya saya hanya tahan sebulan"
"Gimana sih engga enaknya"
"Banyak tamu yang dateng maunya"main’, bukan pijit. Saya kan engga mau begituan. Lagian udah jelas di situ kan engga boleh buat main"
"Kalo tamunya ngotot minta"

"Yaah .. dikocok aja, sambil ”" Aku tunggu dia tak meneruskan kalimatnya.
"Sambil apa"

"Kalo ada yang nekat, daripada bikin repot, saya kasih aja pegang2 tetek, tapi dari luar aja. Saya engga kasih buka kancing"
"Pantesan kamu laris, ada bonusnya sih.."
"Engga semua tamu Pak, emangnya diobral. Hanya yang bandel aja. Biasanya sih kalo mulai nakal pengin pegang2, trus saya tolak terus, dia bisa ngerti. Kalo udah keluar"kan langsung surut nafsunya"

Paha kanan selesai diurut, kini pindah ke paha kiri. Mungkin karena posisinya, kayanya kali ini pelirku lebih sering disentuh dan terusap. Baru aku menyadari, lengan Tini ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku makin tegang saja, penisku sudah tegang maksimum, siap untuk digunakan. Tapi aku tetap bertahan untuk tak lepas kontrol.

Tiba2 muncul ide nakalku. Dengan menggerakkan pinggul dan kaki, aku diam2 menarik sarungku seolah-olah tak sengaja sehingga kini seluruh batang kelaminku terbuka. Aku juga pura2 tak tahu. Tapi dasar". Reaksi Tini tak seperti yang kuduga. Dia hanya sekilas melihat kelaminku, lalu kembali asyik mengurut dan acuh. Dia sudah terlalu sering melihat kelamin lelaki yang tegang".

"Setiap tamu kamu kocok"

"Engga dong, yang nakal iya, ada juga yang minta. Sebenarnya saya bukan ngocok, tapi mengurut supaya darahnya lancar, tapi tamunya yang minta sekalian dikocok"

Ah" pengin juga punyaku diurut, supaya lancar. Terus dikocok, supaya segar"

"Kamu ngocoknya selalu sampai keluar"
"Iya dong Pak, kan supaya aman. Lagian cuman sebentar."
"Oh iya"
"Iya .. ada juga sih yang lama, tapi umumnya 2- 3 menit juga keluar. Malah ada yang udah keluar duluan sebelum diurut, cuman kesentuh"
"Oh ..ya"

"Waktu saya ngerjain perutnya, kalau dianya udah tegang, sering kesentuh ama tangan saya. Eh .. tahu2 jari saya kesiram"air hangat".
Oh iya .. terus gimana "Saya emang sedikit kaget, t
api pura2 engga tahu.

supaya dia engga kesinggung" Bijaksana juga dia.
"Yang lucu lagi, ada yang udah keluar sebelum disentuh"
"Ah masa"
"Anak muda. Setelah selesai pijit belakang, terus kan saya suruh balik badan buat pijit depan. Dianya engga segera membalik. Trus saya minta ijin buat
minum sebentar. Waktu saya masuk lagi, dianya udah terlentang dan itunya ditutup pakai handuk. Padahal tadi dia telanjang. Trus waktu saya ngurut paha kaya sekarang ini lho, terasa basah2 di situ. Setelah dia pulang" spreinya basah. Dia udah keluar sewaktu telungkup"

Paha kanan dan kiriku sudah selesai diurut, pelir kanan dan kirikupun sudah beberapa kali disentuh.
Terus, what next ?

Dengan"dingin"nya Tini menutupi kembali kelaminku dengan sarung, lalu.
"Sekarang atasnya, Pak"

Tini lebih mendekat, berdiri di samping kiri perutku dan mulai memijit bahuku, trus dadaku. Bulu-bulu di lengannya makin jelas, lumayan panjang, halus, dan
berbaris rapi. Hali ini menambah rangsanganku. Kedua tanganku bebas. Kesempatan ini kugunakan buat"tak sengaja" menyentuh pantatnya yang begitu menonjol ke belakang, dengan tangan kiriku. Uh" padat banget
pantat si Tini.

Dia tak bereaksi. Tanganku makin nakal. Kali ini tak menyentuh lagi, tapi sudah meremas-remas kedua bulatan di belakang tubuhnya itu.
Tini tak protes, tapi dengan amat ’sopan" dan lihai dia menghindari kenakalan tanganku sambil terus memijit, seolah-olah tak sengaja menghindar. Benar2 dia"bijaksana". Akupun segera tahu diri, dia tak suka diganggu oleh majikannya ini.

Begitu juga waktu dia memijat tanganku. Ketika mengurut di bagian lengan atas telapak tanganku berada di wilayah dadanya. Aku lagi2"tak sengaja" menyentuh bukit kanannya". Uuuh bukan main padat dada janda muda beranak satu ini. Tapi aku tak berani melanjutkan aksi tanganku di dadanya. Ada rasa tak enak.

Kedua tangan selesai diurut. Tini menyibak sarung yang menutupi perutku, sehingga seolah-olah makin mempertegas menjulangnya penisku. Dengan perlahan ia mengurut perutku.
"Kalau perut memang engga boleh kuat2" katanya. Memang, dia lebih mirip mengusap dibanding mengurut. Hal ini makin menambah rangsanganku saja. Benar, dalam mengusap perut Tini beberapa kali menyentuh penisku, tapi tak langsung, masih kehalangan dengan kain sarung. Lebih nikmat kalau langsung".

"Selesai Pak" katanya begitu selesai mengurut perut.
Selesai ? Aku ingin dia mengurut penisku, seperti yang dilakukan kepada customernya.
"Engga sekalian " kataku setengah ragu dan dengan suara agak serak.
"Apa pak?"

"Punya Bapak diurut sekalian "
"Ah engga perlu Pak, punya Bapak masih bagus, masih sip .."
"Tahu dari mana kamu"

"Itu" tegangnya masih bagus" katanya. Anak ini benar2". Ekspresi wajahnya biasa2, polos wajar, padahal bicara tentang suatu yang amat sensitif dan
rahasia. Dan". Kaget banget aku dibuatnya. Dia tiba2 menyingkap sarungku dan lalu ”. Memegang batang penisku !
"Tuh kan" kerasnya juga masih bagus"
"Ah ..masa"

"Benar Pak, masih tok-cer"

Anak Cisompet ini benar2 mengagumkan, seperti sex-counselor aja. Apa yang dikatakannya benar. Punyaku tak pernah ngambek bila ingin kugunakan.
"Engga apa2, biar tambah sip" aku masih belum menyerah ingin menikmati urutannya.
"Eehmm".. sebenarnya saya mau aja mengurut punya Bapak, cuman rasanya kok engga enak sama Ibu"
”Kan engga perlu bilang sama Ibu"

"Seolah saya mengganggu milik Ibu, engga enak kan" Ibu kan baik banget ama saya "
"Ah .. siapa bilang mengganggu, justru kamu membantu Ibu. Ini kan untuk kepuasan Ibu" Tini termakan rayuanku. Dituangnya hand-body ke telapak tangan, lalu menyingkirkan sarungku, dan mulai bekerja.

Pertama-tama, dioleskannya ke pahaku bagian dalam yang dekat-dekat kelamin, dan diurutnya. Lalu urutan pindah ke kantung buah pelir dan bergerak keatas ke batangnya, dengan kedua tangan bergantian. Ahhh
sedapnya ” Lalu dengan telunjuk dan ibu jari dipencetnya batang penisku mulai dari pangkal sampai ke ujungnya. Demikian gerakannya bergantian antara mengurut dan memencet. Lalu proses diulang lagi, mulai dengan
mengurut paha, biji pelir, batang, dan seterusnya sampai empat kali ulangan.

Begitu ulangan keempat selesai, dia lanjutkan dengan gerakan urut naik-turun. Kalo gerakan ini sih lebih mirip mengocok tapi lebih perlahan" enak campur geli2" Pencet lagi dengan kedua jari, lalu urut lagi, dilanjutkan mengocok pelan. Terkadang kocokannya diselingi dengan kecepatan
tinggi, tapi hanya beberapa kali kocokan terus pelan lagi. Kurasakan aku mulai mendaki". Tangan Tini benar-benar lihai menstimulir kelaminku hingga mulai
meninggi" terus mendaki".. mungkin beberapa langkah lagi aku sampai di puncak. Tapi"..
"Udah Pak "

"Udah ..?" aku kecewa berhenti mendadak begini.
"Masih yahuud begini" kalo orang lain sih udah muncrat dari tadi"
"Ah masa"
"Bener Pak, udah lebih dari 10 menit Bapak belum"."
"Sebentar lagi aja" udah hampir kok"
"Jangan ah pak" simpan aja buat Ibu nanti malem"
"Sebentar aja deh"

"Udahlah Pak. Bapak hebat. Ibu beruntung lho memiliki Bapak"
Akhirnya aku mengalah.

"Iyalah". Makasih ya" bapak jadi seger nih" Memang perasaanku menjadi lebih segar dibanding tadi pagi. Tapi ini" rasa yang menggantung ini perlu
penyelesaian. Tiba2 aku berharap agar isteriku cepat2 pulang".
"Makasi ya Tin" kataku lagi waktu dia pamitan.
"Sama-sama Pak"

Pukul lima kurang seperempat. Tini memijatku selama satu setengah jam. Sebentar lagi isteriku pulang. Aku cepat2 mandi menghilangkan wanginya hand-body lotion, entar curiga isteriku, tumben2an pakai handbody.

Isteriku terheran-heran ketika sedang mengganti baju aku serbu dari belakang
"Eh" ada angin apa nih"

"Habis" seharian nganggur, jadinya mengkhayal aja " kataku berbohong. Isteriku sudah makfum maksud seranganku ini. Akupun sudah pengin banget, gara-gara nanggungnya pekerjaan tangan Tini tadi. Tahu suaminya udah ngebet banget, dia langsung melepas Cdnya dan pasang posisi. Kusingkap dasternya. Kusingkap juga sarungku, dan aku masuk. Goyang dan pompa. Kiri kanan, dan atas bawah. Sampai tuntas, sampai kejang melayang, sampai lemas. Seperti yang sudah-sudah. Hanya bedanya sekarang, waktu menggoyang dan memompa tadi aku membayangkan sedang menyetubuhi Tini ! Hah !

Sejak Tini memijatku kemarin, aku jadi makin memperhatikannya. Padahal sebelumnya hal ini tak pernah kulakukan. Seperti waktu dia pagi hari menyapu lantai terkadang agak membungkuk buat menjangkau debu di bawah sofa misalnya. Aku tak melewatkan untuk menikmati bulatan buah dada putihnya. Atau kalau dia sedang naik tangga belakang ke tempat jemuran. Aku bisa menikmati betis dan bagian paha belakangnya, walaupun bentuk kakinya tak begitu bagus, tapi putih mulus. Paling menyenangkan kalau memperhatikan dia mengepel lantai, makin banyak bagian dari buah dadanya yang terlihat, apalagi kalau dia memakai daster yang dadanya rendah. Tentu saja sebelum memperhatikan dia, aku harus memeriksa situasi dulu, ada isteriku atau anak-anakku engga.

Yang membuatku merasa beruntung adalah ketika aku terpaksa pulang lagi ke rumah karena ada berkas kantor yang ketinggalan. Waktu itu sekitar jam 10 pagi. Aku parkir mobilku di tepi jalan, tidak di garasi, toh hanya mengambil
dokumen. Aku ketok pintu depan tak ada yang menyahut.

Kemana nih si Uci (anakku yang SMU masuk siang). Si Tini pasti ada di belakang. Ternyata pintu tak terkunci, aku masuk, sepi, langsung ke belakang. Maksudnya mau memperingatkan anakku dan pembantu tentang kecerobohannya tak mengunci pintu. Sampai di belakang tak ada seorangpun. Ke mana mereka
ini. Aku kembali ke ruang tengah. Saat itulah Tini muncul dari kamar mandinya. Aku berniat menegurnya, tapi niatku urung, sebab Tini keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk yang tak begitu lebar. Buah dada besar itu seakan"tumpah"?. Lebih dari separuh dada tak tertutup handuk. Puting dada ke bawah saja yang tersembunyi. Dan bawahnya ”Seluruh pahanya tampak ! Handuk sempit itu hanya sanggup menutup sampai pangkal pahanya saja. Aku segera mengambil posisi yang aman buat mengamatinya, dibalik pintu kaca belakang. Viterage itu akan menghalangi pandangan Tini ke dalam. Aman. Habis mandi dia masih berberes-beres berbagai peralatan cuci, dengan hanya berbalut handuk. Sebelumnya dia tak pernah begini, mungkin dikiranya tak ada orang, berarti Si Uci lagi pergi. Yang membuat jantungku berdegup kencang adalah, dengan membelakangiku Tini membungkuk mengambil sesuatu di dalam ember. Seluruh pantatnya kelihatan, bahkan sedetik aku sempat melihat kelaminnya dari belakang !

Tak hanya itu saja. Setelah selesai berberes, Tini melangkah memasuki kamarnya. Sebelum masuk kamar inilah yang membuat jantungku berhenti. Tini melepas handuknya dan menjemurnya dengan telanjang bulat ! Hanya beberapa detik aku menikmati tubuh polosnya dari belakang agak samping. Bulatan buah dada kirinya sangat jelas. Kulit tubuhnya begitu bersih. Bentuk tubuhnya nyaris bagus, kecuali agak gemuk. Dada besar, pinggang menyempit, pinggul melebar dan pantat bulat menonjol kebelakang. Dia langsung melangkah masuk ke kamarnya. Dalam melangkah, sepersekian detik sempat terlihat bahwa bulu2 kelamin Tini lebat !

Aku tegang. Rasanya aku harus melanggar janjiku sendiri untuk tak meniduri pembantu. Ini adalah kesempatan baik. Tak ada siapapun di rumah. Aku tinggal masuk ke kamarnya dan menyalurkan ketegangan ini. Kukunci dulu pintu depan. Dengan mantap aku melangkah, siap berhubungan seks dengan wanita muda bahenol itu. Tapi sebelum keluar pintu belakang, aku ragu. Bagaimana kalau dia menolak kusetubuhi ?. Kemarin saja dia menolak meneruskan mengocok penisku sampai keluar mani. Apakah sekarang ia akan membiarkan vaginanya kumasuki ? Dia begitu merasa bersalah sama isteriku. Bahkan hanya buat mengonaniku, apalagi bersetubuh. Aku menimbang. Rasanya dia tak akan mau. Lagipula, apakah aku harus melanggar pantanganku sendiri hanya karena terrangsang tubuh polosnya ? Tapi" aku sudah high sekarang"

Ah sudahlah, aku harus bersabar menunggu Senin depan, saatnya dia memijatku lagi. Mungkin aku bisa merayunya sehingga dia merasa ikhlas, tak bersalah, memberikan tubuhnya buat kunikmati. Untuk menyalurkan yang sudah terlanjur tegang ini terpaksa aku akan mengajak"makan siang"? wanita rekan kantorku seperti biasa kulakukan : makan siang di motel ”’.!

Kami sudah di dalam kamar motel langgananku. Begitu pelayan berlalu, aku langsung mengunci pintu dan kupeluk si Ani, sebut saja begitu, mantan anak buahku, pasangan selingkuhku yang selalu siap setiap saat kubutuhkan.
"Eehhmmmmhh"? reaksinya begitu ciumanku sampai di lehernya."?Katanya mau makan dulu "

"Makan yang ini dulu ah .."? kataku sambil tanganku yang telah menerobos rok mininya mampir ke selangkangannya.
"Ehhmmmm ” kok tumben semangat banget nih" tadi malem engga dikasih ama dia ya "
"Udah kangen sih " Kutanggalkan blazernya.

"Huuu .. gombal ! Kemarin aja acuh banget ”?
"Kan sibuk kemarin ”? kubuka kancing blousenya satu persatu. Padahal kami masih berdiri di balik pintu.
"Alesan " BH-nya juga kucopot, sepasang bukit itu telah terhidang bebas di depanku. Dengan gemas kuciumi kedua buah kenyal itu. Putingnya kusedot-sedot. Gantian kanan dan kiri. Walaupun sudah sering aku melumat-lumat buah ini, tapi tak bosan-bosan juga. Mulai terdengar lenguhan Ani. Tanganku sudah menerobos CD-nya, dan telunjukkupun mengetest,"pintu"?nya sudah membasah. Lenguhan telah berubah menjadi rintihan. Yang aku suka pada wanita 30 tahun ini selain dia siap setiap saat kusetubuhi, juga karena Ani cepat panasnya.

Mulut dan jariku makin aktif. Rintihannya makin tak karuan. Hingga akhirnya"
"Ayo".. sekarang"Pak .."? katanya. Akupun sudah pengin masuk dari tadi. Kupelorotkan CD-nya dan kulepas celana dan CD ku juga. Kutuntun Ani menuju tempat tidur. Kurebahkan tubuhnya. Kusingkap rok mininya dan kubuka pahanya lebar-lebar. Siap. Padahal roknya masih belum lepas, begitu juga kemejaku. Kuarahkan penisku tepat di pintunya yang basah itu, dan kutekan.
"Aaaaafffff hhhhhh" teriak Ani. Dengan perlahan tapi pasti, penisku memasuki liang senggamanya, sampai seluruh batang yang tergolong panjang itu tertelan vaginanya. Kocok" goyang". Kocok". Goyang". Seperti biasa.
Sampai jari2 Ani mencengkeram sprei kuat-kuat diiringi dengan rintihan histeris. Sampai aku menekan kuat2 penisku guna menyemprotkan maniku ke dalam vaginanya. Sampai terasa denyutan teratur di dalam sana. Sampai kami berdua rebah lemas keenakan". Begitulah. Persetubuhanku dengan Ani begitu sama gayanya. Gaya standar. Hal ini karena kami hampir selalu diburu waktu, memanfaatkan waktu istirahat makan siang. Atau juga karena Ani cepat panasnya. Aku merasakannya monoton. Aku ingin sesuatu yang baru, tapi masih sayang melepaskan Ani, sebab sewaktu-waktu dia amat berguna meredakan keteganganku. Berarti harus menambah"koleksi"? lagi ?

Mungkinkah sesuatu yang baru itu akan kudapatkan dari Tini ? Ah, masih banyak hal yang musti kupertimbangkan. Pertama, tentang janjiku yang tak akan meniduri pembantu. Kedua, resiko ketahuan akan lebih besar. Ketiga, si Tini belum tentu mau, dia merasa terhalang oleh kebaikan isteriku. Tapi bahwa aku akan mendapatkan sesuatu yang lain, yaitu : jauh lebih muda dari umurku, buah dada yang sintal dan besar, foreplay yang mengasyikkan dengan memijatku, makin mendorongku untuk mendapatkan Tini. Tak sabar aku menunggu Senin depan, saatnya Tini akan memijatku lagi"..

Senin, pukul 12.00. Aku menelepon ke rumah. Uci yang mengangkat, belum berangkat sekolah dia rupanya. Aku mengharap Tini yang mengangkat telepon sehingga bisa janjian jam berapa dia mau memijatku. Satu jam berikutnya aku menelepon lagi, lama tak ada yang mengangkat, lalu

”?Halo"? suara Tini. Aha !
"Uci ada Tin"?
"Udah berangkat, Pak"?
"Si Ade ?

"Mas Ade tadi nelepon mau pulang sore, ada belajar kelompok, katanya"? Kesempatan nih.
"Ya sudah".. ehm".. kerjaan kamu udah beres belum"?
"Hmm udah Pak, tinggal seterika entar sore"?

Bersambung . . . . ..

Pijat dan ngeseks dengan pembantu - 1

"Dari Cisompet, Bu" kata pembantu baru itu kepada isteriku ketika ditanya asalnya dari mana.
"Cisompet ? daerah mana tuh"
"Itu Bu" Garut terus ka kidul .. jauh". Dekat perkebunan teh" jelasnya lagi dengan wajah memerah karena malu2 kali. Wajah yang biasa saja seperti wajah gadis desa lainnya, tapi Tini ini punya kelebihan, kulitnya kuning langsat dan bersih, badannya sedikit agak gemuk.
"Pameumpeuk, maksud kamu" kataku nimbrung, ingat daerah pantai selatan Garut, yang ada tempat peluncuran roket itu.
"Sebelumnya Pak. Tempat saya daerah pegunungan, kebun teh. Pameumpeuk mah cakeut pisan ka laut"
"Berapa umur kamu"
"Bulan depan 21 tahun, Bu"
"Udah berkeluarga ?"
"Sudah Bu, tapi sekarang udah cerai"
"Punya anak ?"
"Satu Bu, laki2, umur 2 tahun"
"Dimana anaknya sekarang ?"
"Di kampung, ikut neneknya"
"Udah pernah kerja sebelumnya ?" tanya isteriku lagi.
"Pernah dua kali Bu". Di Jakarta"
"Kerja di mana ?"
"Pembantu juga bulan, trus pindah ke Swasta hanya sebulan
"Sebagai apa di swasta"
"Biasa Bu, buruh"

Singkatnya, setelah"wawancara rekrutmen" itu akhirnya isteriku menerima Tini sebagai pembantu rumah tangga kami yang baru. Sebenarnya,"interview ? yang dilakukan oleh isteriku kurang mendalam, setidaknya menurut text-book yang pernah kubaca. Tapi biarlah, toh hanya PRT dan kami memang sangat membutuhkannya. Di hari pertama Tini bekerja, isteriku terpaksa ambil cuti sehari untuk"memberi petunjuk" kepada pembantu baru ini.

Pembaca yang baik, dari sejak diterimanya Tini sebagai pembantu rumah tangga kami inilah kisah nyataku berawal. Cerita ini memang sungguh2 saya alami sekitar setahun yang lalu. Setelah aku dapat kiriman URL address Samzara lewat seorang mail-mate dan aku membaca cerita2 serunya, aku terdorong untuk ikut berkisah tentang pengalamanku nyataku ini, walaupun aku sebenarnya bukan penulis.

Kami suami isteri memang sama-sama bekerja sebagai karyawan, tapi beda perusahaan. Anak kami orang. Si sulung, laki2, baru sebulan ini mulai kuliah dan kost di Jatinangor. Walaupun kami juga tinggal di Bandung, tapi untuk menghemat waktu dan biaya transport dia kost di dekat kampusnya. Nomor dua perempuan, SMU swasta kelas dua, masuk siang, dan si Bungsu lelaki, masih SLTP negeri masuk pagi.

Walapun aku terkadang"jajan" kalau keadaan darurat, sebenarnya aku tak tertarik kepada Tini. Selain karena dia pembantu, juga karena isteriku masih mantap dan mampu memuaskanku dalam banyak hal, termasuk seks. Kenapa masih suka jajan ? Ya .. karena dalam keadaan darurat itu. Tapi sekepepet gimanapun aku engga akan"makan" pembantu. Tak baik. Lagipula Tini, yang
menarik darinya sebagai wanita, hanya kulit tubuhnya yang langsat dan bersih.

Demikian juga setelah Tini sebulan kerja di rumahku. Sampai suatu saat, aku mulai lebih sering memperhatikannya karena peristiwa yang akan kuceritakan ini.

Waktu itu aku tak masuk kantor sebab badanku tak enak. Seluruh badan pegal2, mulai dari punggung, pinggang sampai kedua kaki. Mungkin ini cuma flu atau masuk angin, aku tak perlu ke dokter. Tapi karena pegal2 tadi aku memutuskan untuk istirahat di rumah saja. Tiduran saja sambil membaca.

"Oh" maaf Pak" saya kira Bapak ke kantor" seru Tini kaget. Dia masuk ke kamarku untuk membersihkan seperti biasanya. Tini langsung menutup pintu kembali dan keluar.
"Engga apa2 bersihin aja"
"Bapak sakit ?" tanyanya
"Engga". Cuman pegel2 badan, kayanya masuk angin"

Tini mulai menyapu, kemudian mengepel. Ketika dia membungkuk-bungkuk ngepel lantai itulah aku"terpaksa" melihat belahan dadanya dari leher T-shirt nya. Kesan pertama : bulat dan putih. Wah" pemandangan menarik juga nih, pikirku. Tak ada salahnya kan menikmati pemandangan ini. Bentuk buah dada itu semakin jelas ketika Tini mengepel lantai dekat tempat tidur. Belahan dada itu menyiratkan"kebulatan" dan mantapnya ukuran bukit-bukit disampingnya. Dan lagi, putihnya ampuun.

Walaupun aku mulai terrangsang menikmati guncangan sepasang"bola’ kembar besar itu, aku segera menghilangkah pikiran-pikiran yang mulai menggoda. Ingat, dia pembantu rumah tangga kamu.
"Kalo masuk angin" mau dikerokin Pak ?" Pertanyaan yang biasa sebenarnya, apalagi ekspresi wajahnya wajar, polos, dan memang ingin membantu. Tini ternyata rajin bekerja, isteriku senang karena dia tak perlu banyak perintah sudah bisa jalan sendiri. Jadi kalau dia bertanya seperti itu memang dia ingin membantuku. Tapi aku sempat kaget atas tawarannya
itu, sebab lagi asyik memperhatikan belahan putihnya.

"Kerokin ? Bapak engga biasa kerokan. Punggung pegal2 begini sih biasanya dipijit" Memang aku suka memanggil Mang Oyo, tukang pijat, tapi dia sedang
ada panggilan ke Cimahi. Besok lusa baru tukang pijit langgananku itu janji mau dateng.
"Oo .. tukang pijit yang ditelepon Ibu tadi ya" sahutnya. Tini rupanya memperhatikan isteriku menelepon."Dia kan baru dateng 2 hari lagi" lanjutnya sambil terus mengepel. Tini memang suka ngobrol. Tak apalah sekali2 ngobrol ama pembantu, asal masih bisa menikmati guncangan bukit kembarnya. Aku tak menjawab. Kini ada lagi"temuanku ?. Meski Tini agak gemuk, tapi badannya berbentuk. Maksudku shaping line-nya dari atas lebar, turun ke pinggang menyempit, terus turun lagi ke pinggul melebar. Seandainya tubuh Tini ini bisa di"re-engineering", dibentuk kembali, tingginya ditambah sekitar 5 cm tapi tidak perlu tambahan"bahan baku", jadilah tubuh ideal.
"Entar kalo kerjaan saya udah beres, Bapak mau saya pijitin ?" Hah ? berani bener dia menawari majikan lakinya untuk dipijit ? Tapi kulihat wajahnya serius dan masih tetap polos. Jelas tak ada maksud lain selain memang ingin membantu majikannya.
"Emang kamu bisa ?"
"Saya pernah kursus memijat, Pak"
"Boleh" hanya itu jawabanku. Sebenarnya aku ingin tanya lebih jauh tentang kursusnya itu, tapi dia telah menyelesaikan pekerjaannya dan terus keluar kamar.

Tinggal aku yang menimbang-nimbang. Aku memang senang dipijit, baik oleh Mang Oyo apalagi oleh wanita muda. Tapi gimana kalau isteriku tahu aku dipijit oleh Tini, aku belum tahu reaksinya. Terima sajalah tawarannya ini, toh aku nanti bisa pesan sama dia untuk tak bilang ke isteriku.
"Dipijat sekarang, Pak ?" tawarnya ketika ia membawa minuman yang kuminta. Kulihat baru jam 12 siang.
"Kerjaan kamu udah beres ?"
"Belum sih, mau seterika tapi jemuran belum kering"
Aku juga ingin sekarang, tapi anakku yang sekolah siang belum berangkat. Tak enak kalau dia tahu bapaknya dipijat oleh pembantu wanita muda.
"Entar aja. Sekitar jam 2? Pertimbanganku, pada jam itu anak kedua sudah ke sekolah, si Bungsu sudah pulang sekolah dan main keluar rumah seperti biasanya, dan masih cukup waktu sebelum isteriku pulang kantor pada pukul 5 sore.

Sekitar pukul 2 lewat seperempat, Tini mengetuk pintu kamarku.
"Masuk" Tini nongol di pintu.
"Bapak ada henbodi ?" Maksudnya tentu hand-body lotion.
"Cari aja disitu" kataku sambil menunjuk meja rias isteriku. Aku membalikkan tubuh, telungkup, siap dipijat.
"Lepas aja kaosnya Pak, biar engga kena henbodi"
Celaka ! ketika aku melepas kaos, aku baru sadar bahwa aku dari pagi belum mandi dan masih mengenakan"pakaian tidur" kebiasaanku : T-shirt dan singlet untuk atasnya, dan hanya sarung sebagai penutup tubuh bawahku. Pakaian"kebesaran" ini memang kesukaanku, sebab memudahkan kalau sewaktu-waktu aku ingin meniduri isteriku. Akupun menuntut isteriku untuk berpakaian tidur khusus pula : gaun agak tipis model tank-top dan mini, tanpa apa-apa lagi di dalamnya !

Jadi kalau aku akan berhubungan seks aku perlu stimulasi lebih dulu, maklum sudah belasan tahun aku menikah. Stimulasi yang paling aku senangi dan bisa membuat penisku keras adalah oral. Isteriku tinggal menyingkap sarung dan melahap isinya. Dan setelah kami siap tempur, aku tak perlu direpotkan oleh pakaian isteriku. Aku tinggal"menembak" setelah menindih tubuhnya, sebab biasanya baju tidur pendek nya itu akan tersingkap dengan sendirinya ketika aku menindih dan menggeser-geserkan tubuhku"

Tini memang pintar memijat. Dengan hand-body lotion dia mengurut tubuhku mulai dari pinggang sampai punggung begitu enak kurasakan. Dia tahu persis susunan otot2 di punggung. Sepertinya dia sudah pengalaman memijat."Kamu pernah kursus pijat di mana ?" tanyaku membuka percakapan.

"Ehhmm" di" di panti pijat Pak"
"Ha. Kamu pernah kerja di panti pijat ?"
"Iiyyyaa" Pak "
"Kok engga bilang"
"Takut engga diterima ama Ibu, Pak"
"Dimana dan berapa lama ?"
"Di panti pijat ———-, cuma sebulan kok. Tapi Bapak jangan bilang ke Ibu ya "
"Iya deh, asal kamu mau cerita semua pengalaman kamu kerja di panti pijat". Untuk sementara aku menang, punya kartu as yang nanti akan berguna kalau aku harus bilang ke Tini, jangan bilang ke Ibu ya"
"Sebelum kerja"kan ikut trening dulu seminggu Pak"
"Oh iya"

"Soalnya itu emang tempat pijat beneran" Aku tahu, panti pijat yang disebutnya itu terletak di Jakarta Selatan dan memang panti pijat ’serius". Bukan seperti di Manggabesar misalnya, semua panti pijat hanya kamuflase dari tempat pelayanan seks saja.
"Trus kenapa kamu hanya sebulan, gajinya lumayan kan, dibanding pembantu"
"Iya sih" cuman cape" Pak. Saya sehari paling tahan memijat 2 orang saja."
"Kerja memang cape"
"Tapi tangan saya jadi pegel banget Pak. Sehari saya memijat 5 - 6 orang. Penghasilan memang gede tapi biaya juga gede. Mendingan pembantu aja, semua biaya ada yang nanggung, bisa nabung"
"Kamu senang kerja di sini ?"

"Saya kerasan Pak, semuanya baik sih" Memang aku mengajarkan kepada anak-anakku untuk bersikap baik kepada pembantu.
"Kamu mijit sekarang ini cape juga dong"
"Engga dong Pak, kan cuma sekali2"
"Kalau Bapak minta tiap hari ?"

"Engga baik Pak pijat setiap hari. Paling sering sekali seminggu"
Lalu hening lagi. Aku asyik menikmati pijatannya, masih di punggungku.
"Punggungnya udah Pak. Kakinya mau ?"
"Boleh" Kaki saja bolehlah, asal jangan ke atas, soalnya burungku sedang tak ada kurungannya. Tini menyingkap sarungku sampai lutut, lalu mulai
memencet-mencet telapak kakiku.

"Aturan kaki dulu Pak, baru ke atas"
"Kenapa tadi engga begitu ?"
"Kan Bapak tadi minta punggung"
Lalu naik ke betis, kemudian mengurutnya dari pergelangan kaki sampai lutut, kaki kiri dulu baru yang kanan.
"Apa aja yang diajarin waktu trening ?"
"Pengetahuan tentang otot2 tubuh, cara memijat dan mengurut, terus praktek memijat. Paling engga enak prakteknya"
"Kenapa ?"

"Mijitin para senior, engga dibayar"
Kedua kakiku sudah selesai dipijatnya. Tiba2 Tini menyingkap sarungku lebih ke atas lagi dan mulai memijat paha belakangku (aku masih telungkup). Nah,
ketika mengurut pahaku sampai pangkalnya, burungku mulai berreaksi, membesar. Aku yakin Tini sudah tahu bahwa aku tak memakai CD. Meskipun sarung masih menutupi pantatku, tapi dalam posisi begini, terbuka sampai pangkal paha, paling tidak"biji"ku akan terlihat. Tapi Tini terlihat wajar-wajar saja, masih terus mengurut, tak terlihat kaget atas kenakalanku. Bahkan dia sekarang memencet-mencet pantatku yang terbuka.

"Cuma itu pelajarannya ?" tanyaku asal saja, untuk mengatasi kakunya suasana. Tapi aku mendapatkan jawaban yang mengejutkan.
"Ada lagi sebetulnya, cuman" malu ah bilangnya"
"Bilang aja, kenapa musti malu"
"Engga enak ah Pak"
"Ya udah, kamu cerita aja pengalaman kamu selama kerja mijat"
"Ahh" itu malu juga"
"Heee". Udah" cerita apa aja yang kamu mau"
"Kan tamu macem2 orangnya. Ada yang baik, yang nakal, ada yang kurang ajar"
"Trus ?"

"Kita diajarin cara mengatasi tamu yang ingin coba-coba"
"Coba2 gimana?"
"Coba itu" ah .. Bapak tahu deh maksud saya "
"Engga tahu" kataku pura-pura
"Itu" tamu yang udah tinggi". Emm" nafsunya" Wah menarik nih.
"Gimana caranya"
"Hmm" ah engga enak ah bilangnya" katanya sambil mengendurkan otot2 pantatku dengan menekan dan mengguncangkan. Punyaku makin terjepit.
"Bilang aja"
"Dikocok aja"

"Ha"!"
"Kalo udah keluar, kan tensinya langsung turun"
"Kamu diajarin cara ngocoknya ?"
"Sebenernya bukan itu aja sih Pak, tapi diajarin cara
mengurut"itu’ .

"Wah .. kamu jadi pinter ngurut itu dong" Pantesan dia biasa2 saja melihat pria telanjang.
"Buat apa itu diurut" tanyaku lagi.
"Biar jalan darahnya lancar"." Maksudnya peredaran darah.
"Kalo lancar, trus ?"

Bersambung . .. . . .

Mertuaku bahenol, mertuaku haus seks

Ya, nanti Dendy tunggu dirumah! trrrk, ku tutup gagang telpon dirumah itu. Sabtu dibulan November, setahun lalu.Sudah dua hari ini aku bermalam di rumah Mama Wiwiek, mertuaku, tak jauh dari Plaza Jembatan Merah, Surabaya. Aku dan isteriku, Rima, sebenarnya tinggal di Malang berdekatan dengan rumah orang tuaku. Sudah dua hari iniaku membereskan isi rumah.

Dua bulan sebelumnya, Ibu Mertuaku sudah menempati rumah barunya di Jakarta. Kedatangannya ke Surabaya untuk untuk mengatur pemgiriman barang-barang yang masih ada dirumah ini. Kurang lebih dua bulan ini rumah ini kosong. Kunci hanya dititipkan saja ke tetangga sebelah. Ibu Mertuaku datang sendiri karena papa Toni, suaminya sudah 6 bulan dinas di malaysia.

Usia Ibu Mertuaku Wiwiek 46 tahun genap di tahun 2002 ini. Parasnya cantik,secantik isteriku. Kulitnya lebih putih ketimbang isteriku. Rima, isteriku,lebih mirip dengan Papa Toni yang kulitnya sawo matang. Walau sudah separuhbaya, penampilan Ibu Mertuaku Wiwiek tak kalah dengan gadis belia, pun jikadibandingkan dengan anak-anak baru gede (ABG). Nafkah yang cukup darisuaminya digunakannya dengan leluasa untuk merawat diri. Dia rutinpergi ke salon, senam aerobic dan pernak-pernik urusan kecantikan.

Kira-kira jam 11.30 Diatiba dirumah, diantar taxi daribandara. Seperti biasa, pertama kali kucium tangannya, tanda hormatku.Singkat cerita, setelah makan siang, satu hari itu kita mengepakbarang-barang yang akan di kirim ke Jakarta, dibantu oleh Tante Rina,tetangga sebelah dan dua orang anak gadisnya. Setelah ketiganya pamit.Tinggalah aku dan Dia .Den, tolong ditelpon lagi ya yang mau ngangkat barang-barang iniujar Dia menyuruhku menelpon perusahaan jasa pindahan.

Karena kelelahan seharian membereskan barang-barang, Diamengambil bantal lalu tidur-tiduran dengan hanya beralaskan tikar, karena semuaisi rumah sudah dirapihkan. Karena kegerahan, Dia mengganti kaos dancelana jeansnya dengan daster tidurnya. Aku hanya menunduk dan mencuri-curipandang saat Diamengganti pakaiannya dihadapanku. Aku pundengan serta merta melihat tubuhnya. Tubuh yang terawat.Selesai mengenakan daster. Ia kembali membaringkan tubuhnya ditikarsambil memejamkan mata.

Aku duduk di tikar yang sama sambil membaca koran. Mataku sebenarnyatak tertuju pada berita koran. Saat itu terlihat dihadapanku, sesosokperempuan cantik dengan tubuh yang bahenol. Belahan dadanya terlihat jelas.Puting payudaranya menyembul.Agaknya tidurnya tidak nyenyak. Ia kerap memutar balikkan tubuhnyake kanan dan ke kiri. Dasternya pun tersingkap. Terlihat jelas oleh kupaha mulusnya.Aku sama tak kuasa menahan gejolak birahi. Aku sepenuhnya sadar bahwawanita ini adalah Ibu Mertuaku. Sebagai laki-laki normal, birahikumendidih. Mataku terus mengikuti gerak tubuhnya . Sambil sesekalikututupi dengan koran, takut jika kelakuanku tertangkap basah olehnya.

Kuperhatikan terus tubuh molek dan bahenol itu. Kemaluankusudah mengeras. Karena tak tahan, kuletakkan koran yang memang tidak kubaca. Segeraaku ke kamar mandi. Niatku, hanya satu. Onani! Sungguh tak tahan lagi akumenahan gejolak nafsu.Baru sekitar empat menit aku mainkan penisku. Aku terkejut!!! Kreepp,pintu kamar mandi terbuka. Ibu Mertuaku ! Pintu kamar mandi tak kukunci. Sambil memegang penisku aku menundukkan badan karena malu.Den, sedang apa kamu? ujar Dia sambil tersenyum.Mmm, ini Mah, nggak, anu jawabku, kehabisan kata.Ya ampun Den, baru 2 hari nggak kumpul sama Rima, sudah segitunyatimpal Dia sambil terus memandangi penisku.Suasana hening. Aku terdiam. Secepatnya ku kenakan celana pendekku.Mama mau pakai toilet? Tanyaku memecah kebisuan.Iya, mama mau buang air kecil jawabnya dengan tetap tersenyum.Aku keluar kamar mandi.

Tak lama dia keluar juga. Tapi kali ini, ku lihat dia sudah tak mengenakan BH.Jelas terlihat, karena daster yang dipakainya bisadibilang, sangat tipis, menembus ke kulit payudaranya.Yang aku tahu, wanita biasa melepaskan BH nya jika hendak tidur,karena merasa sesak dan tak nyaman. Rima, isteri ku, sangat sering melepaskanBH jika hendak tidur malam.

Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas tikar. Kali ini,sepertinya dia sengaja menyibakkan dasternya dengan sedikit menaikkan lututnya.Tangannya diletakkan diatas payudaranya. Bagiku pada saat itu, itumerupakan isyarat seorang wanita setengah umur yang rindu belaiantangan laki-laki. Dipikiranku, Diasedang menggodaku!

Karena gelap mata. Karena onani tak tuntas. Karena penis ku tak bisadiajak berunding. Kulepas celanaku. Tanganku dengan cepat menelanjangicelana dalam Mertua ku. Secepat cahaya kukangkangkan pehanya.Kutindih.Kutancapkan penisku kelubang vaginanya. Aku benar-benar sudah matagelap ingin melampiaskan birahiku.Diaterkejut bukan kepalang. Tak sampai satu 30 detik, diasudah merasakan penisku menghujam vaginanya.Dendy, apa ini? ucap Diadengan nada pelan, namun denganmata yang membelalak.Aku tak menjawab, penisku terus ku tekan hingga benar-benar masuk,pol, ke rongga vaginanya.Mmmaaa sich, tidurnya sembarangan ucapku sambil menaikturunkan pinggangku

Tamat

Tuesday, 16 July 2013

Cinta pertamaku

Hi pembaca yang setia, aku baru pertama menulis di sini, dan aku sekarang ingin berbagi pengalamanku kepada pembaca sekalian. Aku berbagi pengalaman ini karena menurut aku ini adalah hal yang paling indah yang pernah aku alami. Aku akan mulai dengan perkenalan singkat, namaku Azwin, usiaku 19 tahun, sekarang aku sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku mempunyai sifat pemalu yang sejak dulu menjadi hambatan bagiku dalam menjalin hubungan dengan lawan jenisku. Peristiwa yang aku alami ini ternyata mengubah hidupku menjadi luar biasa, lebih dari yang aku bisa bayangkan.

Perjalananku dimulai ketika aku pulang ke Jakarta pada saat liburan semester. Liburanku berawal dari tanggal 27 Juli sampai dengan 13 September, aku berada di Jakarta sudah sejak tanggal 30 Juli. Dalam liburan ini aku berkunjung ke rumah beberapa temanku, diantaranya adalah seorang teman lamaku Silvi yang sudah sejak SMU tidak pernah bertemu. Kalau kuhitung-hitung sudah sekitar satu tahun aku tidak bertemu dia. Sejak aku pertama kali bertemu dia aku langsung jatuh cinta.

Aku melihat Silvi sebagai sosok perempuan yang paling sempurna, [The Angel From Heaven!], rambut hitam yang sepanjang bahu, wajah super cantik, body bagaikan supermodel, payudara yang indah meskipun hanya bisa dilihat dari luar seragam sekolah, dan bokong yang membuat mata cowok manapun mengikutinya kemana pun ia pergi. Betapa inginnya aku menjadi bra atau celana dalam yang selalu dipakainya, jadi kursi yang selalu didudukinya, jadi tempat tidur yang selalu ditidurinya, atau jadi sabun yang selalu menjelajahi tubuhnya. Aku selalu membayangkan bagaimana seandainya Silvi menjadi pacarku.

Waktu itu kelas dua SMU. Dia kelas 2-4 dan aku kelas 2-3. Aku mendekati dia dengan cara menjadi temannya yang paling baik. Aku tidak berani mengutarakan perasaanku kepada dia, akibatnya dia tergaet oleh orang lain. Hasil yang aku terima adalah aku hanya dianggap sebagai temannya. Setelah tamat SMU kerinduanku makin memuncak, aku memikirkannya setiap aku mau tidur, mau makan, mau mandi, mau gosok gigi, mau berangkat ke kampus, mau nonton VCD porno, mau masturbasi, setiap mau melakukan apapun. [Even we're apart, you will always in my heart, Silvi]. Maka dari itu aku memberanikan diri untuk mengunjungi dia mumpung masih liburan. Untuk memastikan dia ada di rumah, aku meneleponnya.

"Halo, bisa bicara dengan Silvi?" tanyaku menyapa.
"Iya, ini Silvi sendiri, ini siapa ya?" balasnya.
"Hei Sil, gimana kabar lo? masih inget gue ngga?" kataku bersikap sok tenang.
"Hmm.. siapa ya? ini Dimas ya? jangan iseng dech, gue tau ini elo kan?" katanya menebak.
"Dimas siapa.. ngaco ah.. ini gue Azwin.."
"Azwin? hei.. pa kabar juga? gue baik2 aja.. udah berapa lama sich? setahun ada kali ya.."
"Iya.. eh Sil gimana kabar lo ma si.. itu tuch.."
"Sama sapa?"
"Itu lho.. si Romeo.. hi.. hi.."
".."
"Halo Sil.. gue salah ngomong ya..? haloo.."
".. ngga.. kok.. gue.." katanya sambil menangis.
".. Silvi ga perlu ceritain kok kalo Silvi rasa itu bikin sakit.." kataku berusaha menenangkannya.
".. Azwin.. bisa.. ga.. dateng.. ke.. rumah.. Silvi..?" lanjutnya.
"Azwin pasti kesana.. Silvi tunggu aja ya.. Azwin pasti datang.." jawabku.
".. cepet ya.. please.." katanya masih menangis.

Aku langsung pergi ke rumahnya begitu telepon ku tutup. Selama perjalanan aku mulai berpikir apa Silvia baik-baik saja.. aku berharap dia tidak melakukan sesuatu yang ceroboh. Kira-kira 30 menit kemudian aku tiba di rumahnya. Aku lihat dia sudah menungguku di pintu depan. Aku parkir mobilku di tepat di depan rumahnya. Aku langsung berjalan kearahnya dimana kulihat cewek yang sangat kusayangi meneteskan airmatanya. Belum sempat ku tanya alasan mengapa ia menangis, dengan tiba-tiba dia menarik tanganku dan membawaku ke dalam rumah. Kami kemudian duduk di sofa dan dia mulai menceritakan masalahnya. Tapi beberapa menit kemudian tanpa sadar aku melingkarkan tanganku di bahunya, namun anehnya dia tidak merasa canggung ataupun risih, malah dia menyandarkan kepalanya ke bahuku.

Aku pun tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak pernah berani aku katakan kepadanya.
"Silvi, dari dulu ada hal yang aku pengen bilang ke kamu.."
"Azwin bener-bener sayang sama Silvi.. Azwin selalu memikirkan Silvi.."
"Dari pertama kali kita kenalan, Azwin sudah suka ma Silvi.."
"Dan sekara.."

Belum selesai aku mengatakannya Silvi tiba-tiba menutup mulutku dengan tangannya. Dia kemudian mencium bibirku dengan lembut sekali, aku pun tanpa pikir panjang, kubalas ciumannya penuh cinta. Beberapa saat kami berciuman, kemudian Silvi mengatakan hal yang paling indah yang pernah aku dengar.

"Azwin.. sebenernya Silvi juga suka sama kamu"
".. dari dulu aku berharap kalo kamu itu yang mengajak Silvi nonton, makan.."
".. Silvi selalu berharap Azwin suatu saat bakal ngajak Silvi.."
"I love U.."

Langsung saja kucium bibir hangatnya dengan mesra. Kami berciuman cukup lama sampai akhirnya Silvi mengajakku ke kamarnya. Tujuannya sudah jelas, tempat tidur empuk yang masih tertata rapi. Ciuman kami terus berlanjut dimana kami sedikit demi sedikit saling melepaskan pakaian kami, kuangkat dasternya sambil ku meremas bokongnya yang sangat kenyal, "Gila.. empuk banget pantatnya.." kataku dalam hati melanjutkan meraba dan meremas bokong terseksi milik Silvi. Aku dulu hanya bisa melihat, sekarang aku bisa menikmatinya. Aku tahu masih banyak lagi yang lebih hebat dari cewek ini. Suara hatiku berkata "Dia cinta pertamamu, dan sekarang kamu memilikinya..".

Tanganku melanjutkan perjalanannya keatas, disana ia menemukan dua buah gundukan, dengan lembut ku remas dan perlahan kulepaskan dari penutupnya yang telah mengurungnya selama ini. Ternyata buah dada Silvi tampak sangat indah jika dilihat langsung. Bundar penuh dan putingnya berwarna coklat kemerah-merahan. Ukurannya pun benar-benar menakjubkan. Tepat dalam telapak tanganku. Penisku pun menjadi amat tegang. Aku merabanya dari bawah dan kemudian naik keatas dimana ku menemukan puting susu yang sudah mulai mengeras. Silvi pun bersuara ketika aku menjilatinya.

"Hmm.. enak.. Azwin.. terus.. ss.." desah Silvi,

Aku pun menuntunnya ke tempat tidur. Kami sudah seperti pasangan suami istri pada saat malam pengantin. Silvi duduk di tepi tempat tidur sedangkan aku masih berdiri. Silvi sudah tidak memakai bra tapi masih mengenakan celana dalam, kami saling bertatapan sejenak..

"Azwin.. Silvi mau melakukannya sama kamu.. Silvi melakukannya untuk kamu.."

Silvi pun kemudian melepaskan celana dalamku, dimana disana tersimpan milikku yang sangat berharga. Perlahan ia meraih penisku yang sudah teramat tegang dan menghisapnya.
"Ohh.. Silvi..", aku merasakan kenikmatan hebat.
Aku balas perlakuannya dengan meraba buah dadanya yang juga semakin tegang.
"Ahh.. Azwin.. terusin.. ahh.." lalu aku membuka celana dalam Silvi yang sudah agak basah.
Aku bisa melihat vagina yang di tumbuhi sedikit bulu, rupanya dia rajin mencukurnya. Langsung saja kuraba seluruh bagiannya berharap menemukan tempat yang paling sensitif.
"Aah.. teruss.. Azwin.. ohh.." Silvi mendesah, mendengarnya aku makin bersemangat.
Aku kemudian membawa Silvi ke tengah tempat tidur seraya mencium dan menjilati bagian tubuhnya yang paling intim itu.

"Aahh.. aku.. mo.. keluarr.. ohh.. sshh.." Silvi mengerang dan menjambak rambutku, Silvi orgasme saat itu, cairan kenikmatannya banyak sekali yang keluar.
Aku menciumnya bibirnya dan terus meremas-remas buah dadanya, lalu kulumat puting susunya seperti anak kecil mengemut permen kesukaannya.
"Ahh.. sshh.. aahh.. sshh.." Silvi mengerang tak karuan.
Penisku yang sudah agak melemas kembali tegang ketika Silvi mengulumnya sebagai balas budi.
"Ohh.. Silvi.. you.. are.the.. best." kenikmatanku memuncak ketika aku merasa aku akan orgasme.
"Ahh.. sshh.. Silvii.." croot.. croott.. crot.. aku menyemprotkan maniku kedalam mulut Silvi, dan ia pun menelannya.

Kami berada dalam kondisi sangat bergairah. Aku tetap menggerayangi tubuh Silvi supaya ia terus merasa "Panas", beberapa saat kemudian penisku yang sudah kembali tegang dan tampaknya sudah siap mencelupkan diri kedalam kolam kenikmatan. Dalam posisi Silvi terlentang dan aku diatasnya, aku menuntun penisku [14x3cm] ke arah lubang surga milik Silvi. Perlahan aku dorong penuh percaya diri, terlihat wajah Silvi agak menahan sakit.
"Ahh.. pelan-pelan.. sayang.. ohh..".
Aku dorong lebih dalam lagi meskipun agak sempit, "oh God.. gila.. memeknya ngejepit penis gue kenceng banget!" kataku dalam hati. Aku berpikir "jangan-jangan Silvi masih perawan". Kemudian penisku seperti tertahan sesuatu, kupaksa masuk.
"ahh..!" pekik Silvi, kurasa aku menembus selaput daranya, ternyata benar Silvi masih perawan. Lalu perlahan kuayun pinggulku.

"Oh.. sshh.. aah.. ohh.. hmm..", kami saling mendesah menikmati setiap gesekan, vagina Silvi benar-benar rapat, dan ototnya terus memijat penisku tanpa ampun.
"Ohh.. sshh.. ahh.. sshh.. ohh.." dan kemudian tanpa mencabut penisku, aku mengganti posisi, aku dibawah, dan kini giliran Silvi yang bergerak.
"Ohh.. ah.. ssh.. Azwin.. enaakk.. terus.. ss" gerakan Silvi aku imbangi, aku meremas buah dada Silvi dan sekali-sekali aku mengangkat tubuhku untuk menghisap dan menjilati puting susunya.
Tiba-tiba tubuh Silvi kejang, "Aah.. aku.. mauu.. keluarr.. ohh.."

Aku merasakan semprotan cairan vagina Silvi membasahi kepala penisku, terasa hangat dan nikmat. Kami dalam posisi ini agak lama, dimana variasi hanya dalam bentuk ciuman, hisapan puting susu. Kemudian aku merasakan adanya desakan di pangkal penisku, aku lalu menggerakkan pinggulku naik turun, dibantu Silvi yang juga bergerak naik turun.
"Ohh.. sshh.. ohh.. SSHH.." aku merasa akan orgasme, aku lalu mempercepat gerakanku, tiba-tiba tubuh Silvi kembali mengejang, namun kali ini lebih kuat, dan vaginanya pun menjadi lebih sempit, otot-ototnya memijat lebih hebat.
"OOHH.. Silvi.. mau.. kkee.. ke.. AAHH.." Silvi mencengkeram bahuku keras sekali.
"OOHH.. AHH.. Azwinn.. ga.. kuat.." Aku langsung menancapkan penisku sampai habis, kupeluk cintaku seerat-eratnya dan.. "Croot.. croot.. croott" aku dan Silvi orgasme bersama, bersama mencapai kenikmatan. Aku memeluk Silvi seperti tak akan kulepaskan, dia cintaku yang pertama, cinta pertamaku yang hebat, cinta pertamaku yang nikmat. Kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku sadar Silvi telah memberikan mahkotanya kepadaku.

"Baby you're all that i want, and you're lying here in my arms"
"I love u so much Silvi" kataku lembut seraya mencium bibirnya yang basah namun lembut.
Ini pertama kali Silvi bercinta, dia pertama kali bercinta denganku, aku bercinta dengan cinta pertamaku. Aku mengalami hal yang terindah dalam hidupku.

Kami masih dalam keadaan telanjang, duduk berhadapan, Silvi kupangku diatas pahaku, kami tidak berbicara sepatah kata pun, kami hanya saling memandang, saling tersenyum, sesekali kucium bibirnya, kubelai rambutnya, dan kuhapus airmata bahagianya yang mengalir menuruni pipinya.

"Silvi.. Aku sangat mencintai kamu sepenuh hati Azwin, kamu adalah hal terindah yang pernah terjadi untukku, Azwin ngga bakal ninggalin Silvi, Azwin akan selalu ada untuk Silvi.." kemudian kuberikan ciuman terhangat dan termanis untuk Silvi-ku.

Aku akhirnya mendapatkan cintaku, cinta pertamaku.

Sampai saat ini aku berpacaran dengan Silvi, kami bercinta kapan saja kami mau, baik itu di rumah Silvi ataupun di rumahku. Kami selalu ingin merasakan kenikmatan dunia itu berulang kali.

Tamat

Love is all arround

Malam itu sekitar pukul 21.00 suasana cafe sudah begitu rame, dikarenakan ada grup yang semuanya berasal dari Australia yang berjumlah sekitar 25 orang yang rata-rata anggota keluarga beserta anak-anaknya. Ada satu keluarga yang beranggotakan bapak, ibu dan kedua anak perempuannya yang kebetulan posisi duduknya menghadap langsung ke panggung.

Setelah beberapa lagu yang aku tampilkan malam itu, saatnya aku bersama grupku break sesaat. Di kesempatan break yang hanya 20 menit, aku sempatkan menyapa ke rombongan bule dari Australia itu dengan menyapa semuanya, "Hallo.. everybody.. How is Your Dinner?" kataku sebagai pembuka basa-basiku malam itu, sambil memperkenalkan diriku "My name Is Adietya," kataku kemudian.
Serempak mereka menyahut, "Dinner was good, and we enjoyed the live music too.." kata mereka.

Salah satu dari mereka, seorang anak perempuan dari tempat duduk yang di sebelahnya seorang bapak dan ibu serta saudara perempuannya menyahut "You have nice voice..," katanya.
Yang aku tahu namanya Hillary, setelah sempat berkenalan dengan kelompok mereka, termasuk dengan kedua orang tuanya dan saudara perempuannya. Lantas aku menjawab, "Thanks.." singkatku. Dari perbincanganku yang hanya beberapa menit dengan Hillary, dia mengatakan kalau umurnya 18 tahun, dan adiknya masih 16 tahun.

Hillary ternyata bukan tipe pemalu yang mana hal ini sangat menguntungkan diriku yang sudah menjadi kebiasaanku kalau ketemu cewek, aku selalu merasa malu untuk memulai percakapan, apalagi kalau ceweknya cakep, bodynya tinggi melebihi aku duhh..aku taksir tinginya Hillary sekitar 173cm yang berarti berbeda 4 centi dengan ku yang bertinggi 169cm. Dengan postur yang jangkung dan rambut dibawah bahu sedikit dan ukuran dadanya yang 36b menjadikan Hillary sangat menawan ditunjang dengan gaun malam hitam yang berbelahan rendah dibagian depannya, membuat aku beberapa kali menelan ludah. Kulit tubuhnya mulus, nggak seperti kebanyakan bule yang kulit tubuhnya rata-rata ada bintik-bintik coklatnya, seperti kena kanker kulit.

Dalam kesempatan terkahir malam itu, aku sempat berbicara di depan microphone, "Well.. ladies and gentleman.. this is gonna be the last song from us and I would like to dedicate this song for Hillary.." yang langsung mendapat respon dari Hillary dengan memberikan senyum manis kepadaku. Mengalunlah lagu, "Love is All Arround" nya wet wet wet. Dengan penuh penghayatan aku menyanyikan lagu tersebut sampai lirik terkahir yang isinya, "so if you really love me.. love me come on and let it show.." sambil aku memandang ke arah Hillary yang juga tersenyum kepadaku.

Seusai pertunjukkan malam itu, dan bercengkerama sebentar dengan teman-temanku, kemudian aku melangkahkan kakiku menuju meja rombongan itu yang mana mereka masih melanjutkan minuman terakhir mereka sebelum mereka kembali ke hotel. Aku juga sempat ditawarin beberapa gelas minuman oleh orang tua Hillary yang malam itu mereka hendak pulang terlebih dahulu bersama adiknya juga. Aku sempat berbincang sesaat dengan orang tua Hillary dan mereka percaya kalau pulangnya nanti aku yang mengantar Hillary yang tinggal di salah satu Hotel berbintang di daerah itu. Gelas terakhir sudah aku minum demikian juga Hillary yang ternyata malam itu juga minum beberapa gelas, tapi tidak membuatnya mabuk.

Dalam perjalanan pulang ke hotelnya, aku beranikan diri untuk menggandeng tangan hillary, yang ternyata dia tidak menolak, bahkan memeluk pinggangku dengan mesra. Sesampainya di hotel, Hillary mengajakku ke kolam renang yang ada di hotel tersebut, terlebih malam itu udaranya sangat panas, apalagi kita sudah minum beberapa gelas alkohol. Dengan senang hati aku menerima tawaran berenang hillary, yang sudah terlebih dahulu membuka gaun malamnya yang berwarna hitam.
Yang ternyata dia mengenakan stelan bra dan CD warna hitam juga, membuat pemandangan sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Bra 36b dan CD warna hitamnya tampak sangat sexy saat dia menceburkan dirinya kedalam air terlebih lagi malam itu bulan purnama yang cahanya menyinari sekitar kolam renang, menjadikan suasananya sangat romantis.

Aku hanya termanggu aja di atas kursi yang ada di pinggir kolam renang, sambil memegang gitar yang tak lama mengalunlah lagu "Whiter shade of pale" tembang lawasnya "procol harum". Hillary yang sudah berenang ke tengah kolam, berputar kembali ke arahku ketika mendengar aku menyanyikan lagu itu, sambil mengatakan, "I love that song.. specially on the reffrain" kata Hillary melanjutkan. Aku hanya tersenyum menyaksikan dia berenang mendekat. Tak lama setelah selesai aku menyanyikan lagi itu, Hillary memanggilku untuk terjun ke air. Tanpa membuang waktu lagi aku buka bajuku dan celana blue jeansku sekaligus. Dengan CD warna biru, warna favoriteku aku berjalan kearah tangga kolam renang dan menceburkan diri ke air secara perlahan. Aku berenang ke arah Hillary yang sudah beberapa kali bolak-balik berenang dari pinggir ketengah lagi, aku berenang membelakangi Hillary, yang ternyata tiba-tiba dia sudah memelukku dari arah belakang mendorongku kepinggiran kolam. Di pingir kolam, masih dalam keadaan berpelukan yang posisinya sudah saling berhadapan, Hilary kemudian mengatakan,"I like you Adietya.." yang aku sambut dengan senyum sambil mengatakan, "I like you too, when i saw you in cafe at the first time ".

Dengan inisiatif hillary yang memeluku erat, aku jadi punya keberanian untuk mencium bibirya yang ranum.
"Cups.. cups.. cups.." bunyi bibir kami beradu.
Masih di pinggir kolam kemudian aku menarik tubuh Hillary lebih erat dan dengan lembut aku mendaratkan kecupan ke belahan dadanya yang mulus, yang membuat Hillary melenguh pelan. "Ohh..," desahnya.
Aku melanjutkan cumbuanku dengan tangan kananku membuka tali Bra 36b nya dari belakang dan tangan kiriku mengelus pahanya di dalam air. Seketika terpampanglah pemandangan yang membuat nafsuku semakin tinggi, yang aku lanjutkan dengan mengecup puting payudaranya yang sebelah kiri dengan lembut penuh perasaan, yang ternyata payudara Hillary masih kenyal dan padat. Tubuh Hillary seketika menggelinjang pelan sambil mendesah,
"Oh Diet.. I love It"

Beruntung sekali malam itu sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, yang mana hanya 2 orang security hotel sedang melakukan patroli di kejauhan. Kemudian aku mengajak hillary untuk duduk di tangga kolam renang, dan aku masih di dalam air, sambil menunduk aku menurunkan CD Hillary yang berwarna hitam perlahan.
"Sret.." terlepaslah CD hillary yang kemudian aku letakan di pinggir kolam. Dengan pelan aku memulai mencumbu payudara Hillary sebelah kiri sementara tangan kiriku bermain diselangkangannya yang ternyata berbulu sangat lebat itu, warnanya coklat agak kepirang-pirangan berbeda dengan rambut atasnya yang pirang.

Untuk kesekian kalinya lidahku beralih dari payudara yang kiri ke yang kanan, yang kemudian aku lanjutkan ke daerah perutnya yang aku lanjutkan menjilati lubang pusarnya.
"Oh.. oh.. yes.." desahnya kemudian.
Setelah puas bermain di sekitar perutnya, kemudian aku lanjutkan lidahku menelusuri pangkal pahanya di daerah vagina hillary yang berbulu sangat lebat, seketika lidahku menyentuh pinggiran vagina Hillary dan cukup lembut aku mainkan ujung lidahku disana.
"Slurp.. slurp.. slurp.." lidahku menjlati setiap jengkal kulit vagina Hillary.
"Oh.. yes.. My god.. I love it," erang Hillary.
Mendengar desahan yang menggairahkan itu, membuat penisku yang sudah kedingina di dalam air menjadi tegang perlahan-lahan, yang sampai akhirnya cukup keras.

Melihat reaksi hillary yang sudah terangsang hebat, dengan sekali tarikan lembut, tubuh Hillary masuk ke kolam, sementara tangannya masih berpegangan di tangga kolam. Kuangkat kaki kiri Hillary bertumpu dengan tanganku yang berpegangan dengan tangga kolam, lantas dengan pelan aku pegang penisku yang sudah mengeras dan kuarahkan perlahan ke lobang vagina Hillary yang nampak wajahnya sudah sangat bernafsu sekali.

Seketika air di sekitar tangga dimana aku memompa vagina Hillary dengan perlahan ikut bergoyang.
"Cpok.. cpok.. cpokk.." bunyi riak air kolam yang bersamaan dengan mendesahnya Hillary.
"Oh.. Diet.. yes.. deep.. deeper.. fuck me," teriak hillary sedikit histeris. Persenggamaan itu berlangsung sekitar 1 jam, yang sebelumnya sudah 2 kali Hillary mendesah keras,
"Ohh.. Diet.. I am coming honey.. yes.." saat kali pertama Hillary mendapatkan orgasmenya.
Hillary hanya memandangku sesaat, ketika untuk yang kedua kali dia orgasme dan berkata,
"Now your turn honey..," sahutnya.

Dengan berbalik masih di dalam air, Hillary menunggingkan pantatnya yang bahenol, sambil mengatkan, "I think You like this style honey.." sahutnya kemudian.
Dengan gaya doggy, yang aku awali dengan berpegangan pada pinggir tangga kolam, aku majukan penisku yang dengan lembut, Hillary memegang dan menuntunnya ke belahan vaginanya. Dengan pelan aku majukan pantatku yang masih di dalam air, maka amblaslah semua penisku seketika
"Oh.. Diet.. yes.. honey..," desahnya.
Kemudian dengan berkali-kali aku memompa vagina Hillary yang masih didalam air yang menimbulkan riak-riak kecil di kolam renang.
"Cpokk.. cpokk.. cpokk," bunyi pertemuan tubuh kami. Selang beberapa waktu pesenggamaan kami, saat nya bagi aku untuk menuntaskan puncak kenikmatan ini. Dengan cepat aku memompa pantatku menghujam vagina Hillary.
"Slep.. bles.. bless.. cpokk.. cpokk.." bercampur bunyi irama persenggamaan kami yang aku akhiri dengan teriakan panjang.
"Oh.. babe.. I got it.. yes.."
"Crot.." menyemburlah spermaku yang sebelumnya sudah aku cabut, sementara Hillary membalikan badan dan kuarahkan penisku ke wajahnya dan kemudian aku semprotkan ke seluruh wajah dan bibirnya yang kemudian dengan cekatan Hillary menangkap penisku dengan bibirnya dan mengulumnya dengan lahap, serta menjilati sisa sperma yang ada di ujung penisku.

*****

Demikianlah kisah cintaku dengan seorang bule dari Australia yang, setelah percumbuan itu dia kembali ke negaranya dengan kenangan manis yang tak pernah dia lupakan.

Tamat